INFO NASIONAL – Minimnya pendidikan politik di Indonesia membuat generasi muda khususnya Generasi-Z (Gen-Z) dan Milenial sulit menalarkan dinamika politik saat ini. Bukti dari minimnya pendidikan politik di Indonesia dibuktikan dengan hasil analisa Forum Group Discussion (FGD) dan survei pada anak muda Gen-Z dan Milenial di bulan Oktober dan November 2023 oleh Ketua Pusat Studi Komunikasi, Media dan Budaya Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo.
“Hasilnya, untuk sekadar mengetahui perbedaan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), banyak responden yang tidak mengetahuinya,” kata Kunto. “Kebanyakan pemilih masih gagap, masih gagal,” tambah Kunto saat menghadiri diskusi publik Pemilunesia bertajuk “Pemilu Legislatif Bijak Memilih Pasti Terwakili” di Gedung Nusantara DPR RI, Senin, 12 Februari 2024.
Kunto merekomendasikan, pendidikan atau literasi politik dicanangkan agar para pemilih muda bisa lebih bijak memilih. Untuk menjadi bijak, pemilih harus mengetahui dasar dari fungsi jabatan yang akan calon legislatif (caleg) ampu.
Diketahui, masyarakat Indonesia akan memilih calon presiden dan wakil presiden, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), DPR, dan DPRD Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam Pemilu Serentak pada 14 Februari 2024. Jika ada putaran kedua, maka akan berlangsung pada 26-27 Juni 2024.
Adanya pemilu serentak ini dapat membuat pemilih muda yang tahun ini perdana menyuarakan suaranya kebingungan dengan melihat kinerja dan track record masing-masing calon legislatif maupun presiden dan wakil presiden.
“Harus ada partisipasi penuh dari pemilih untuk mencari tahu track record dari masing-masing caleg, di mulai dari sosial medianya,” kata Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon. Menurut dia, mempromosikan kampanye positif seperti apa yang dilakukan, diperjuangkan, dijanjikan merupakan hal positif yang dapat diterima.
“Dari sisi pemilih bisa melihatnya dari platform sosial media yang digunakan oleh caleg. Yang bahaya itu kalau ada caleg yang gak punya sosial media, saya kira akan susah jika mencari profilnya,” ucap Fadli. Namun dia meyakini, hampir seluruh caleg dan partai politik sekarang menggunakan media sosial untuk menjadi salah satu bagian dari platform untuk sosialiasi apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan.
Masyarakat, khususnya pemilih muda sesungguhnya bisa melihat apa saja yang dikerjakan DPR dan sejauh mana perkembangannya melalui ragam program. Untuk mengetahui fungsi dan kinerja, DPR RI memberikan fasilitas kepada masyarakat dengan adanya open parliament.
“Dalam upaya untuk memberikan kesempatan bagi para masyarakat untuk memilih, alhamdulilah di DPR itu ada tim open parliament. Sejak awal kita berusaha untuk membuka proses yang terjadi di DPR itu apa saja,” kata Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa Amaliah. Hal itu menurut dia dilakukan agar masyarakat mengetahui secara langsung kinerja orang yang dipilihnya.
Open Parliament menyajikan keterbukaan DPR dalam pembahasan kinerja dengan bentuk publikasi liputan langsung dan kunjungan, wawancara, dialog, dan lain sebagainya. Selain itu, DPR membuka program ‘magang di rumah rakyat’. Keterbukaan juga ditunjukkan DPR RI melalui fraksi-fraksinya dan media sosial.
Peran media juga penting untuk mengedukasi dan menginformasi masyarakat menjelang pemilu. Pada saat itu, akan banyak sekali misinformasi, disinformasi dan hoaks yang bisa termakan oleh masyarakat. Meskipun sedang terjadi distrupsi digital yang terjadi pada ekosistem informasi, cekfakta.tempo.co. kanal pemilu di tempo.co hadir sebagai sumber informasi rujukan yang kredibel.
“Salah satu konten unggulan di kanal Pemilu tempo.co adalah cekfakta. Kita mencoba untuk merapikan ekosistem informasi sehingga media yang punya kanal cekfakta itu bisa menjadi sumber rujukan dalam diskusi-diskusi,” ujar Direktur Tempo, Wahyu Dhyatmika sebagai salah satu pembicara.
Diskusi publik Pemilunesia bertajuk “Pemilu Legislatif Bijak Memilih Pasti Terwakili” menjadi salah satu langkah DPR RI bersama Tempo untuk mengedukasi masyarakat khususnya pemilih muda agar bijak dalam memilih tokoh politik yang nantinya akan memimpin negara.
“Saya yakin generasi muda adalah generasi yang mencari tahu dan mendalami caleg sebelum nyoblos,” kata Kepala Biro Pemberitaan Parlemen Indra Pahlevi. Dia berharap, dengan mencari tahu melalui track record, para pemilih dapat memilih caleg secara bijak.
Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar berharap, rasa ingin tahu para pemilih dapat membuat mereka cerdas dan cermat dalam memilih. “Yakin suara kalian dapat terwakili.” Menurut dia, saat ini ruang demokrasi semakin terbuka. Tinggal nanti bagai mana opini dan arah demokrasi ini berjalan dengan baik. (*)