TEMPO.CO, Jakarta - Rengasdengklok menjadi pembicaraan di Internet menjelang debat keempat Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center atau JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Ahad, 21 Januari 2024.
Sebelum debat, para pendukung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan, akan menculik calon wakil presiden itu ke Rengasdengklok jika penampilannya dianggap blunder. Tapi jika dianggap bagus maka akan dibuatkan videotron.
Menanggapi cawapres yang akan diculik ke Rengasdengklok tersebut. Lantas, di mana letak Rengasdengklok?
Dikutip dari karawangkab.go.id, Rengasdengklok adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang, tepatnya 17 kilometer dari Ibu kota Karawang, Jawa Barat. Rengasdengklok membentang seluas 3.098.545 hektare, yang terdiri dari luas tanah sawah 1.965 hektare dan luas tanah darat 1.133 hektare.
Pada 1999, Rengasdengklok dimekarkan menjadi Kecamatan Kutawaluya dan Jayakerta berdasarkan Perda Kab Karawang Nomor 2 Tahun 2003. Rengasdengklok sendiri berbatasan dengan Kecamatan Pedes di sebelah utara, Karawang Barat di selatan, Rawamerta di timur, dan Batujaya di sebelah barat. Kecamatan Rengasdengklok terbagi menjadi 9 desa, 49 dusun, 274 Rukun Tangga (RT) dan 76 Rukun Warga (RW).
Mata pencaharian masyarakat Rengasdengklok berasal dari petani, pedagang, peternak, ASN, karyawan swasta, dan wiraswasta. Rengasdengklok juga memiliki produk unggulan yang menunjang pendapatan lainnya. Seperti serabi hijau, kue semprong, kerupuk udang, dan Bika Ambon.
Disamping itu, Rengasdengklok dijuluki sebagai kota Pangkal Perjuangan. Hal ini tentunya tak lepas dari Peristiwa Rengasdengklok, yakni penculikan Soekarno-Hatta pada 16 Agustus 1945 oleh golongan muda yang diprakarsai Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, dan Yusuf Kunto.
Tujuan penculikan tersebut guna menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang, sekaligus memproklamasikan kemerdekaan. Namun, aksi penculikan tersebut tidak membuahkan hasil. Akhirnya, mereka sepakat untuk melaksanakan proklamasi keesokan harinya pada 17 Agustus 1945. Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka di bangunlah Monumen Tugu Rengasdengklok.
Karena sejarahnya, Rengasdengklok kerap dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Salah satunya Rumah Djiaw Kie Song yang menjadi tempat penculikan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok. Rumah ini dipilih karena dianggap aman dan tidak mencurigakan. Saat ini, rumah sederhana tersebut dijadikan cagar budaya. Bagian-bagian rumahnya masih asli, tetapi sebagian barang-barang yang digunakan Sukarno di rumah itu dibawa ke Museum Siliwangi Bandung.
Selain rumah Djiaw Kie Song, Rengasdengklok juga memiliki Monumen Kebulatan Tekad. Tugu ini berada di bekas lokasi markas PETA di Kampung Bojong Tugu, Desa Rengasdengklok Utara, Rengasdengklok. Monumen ini dibangun untuk memperingati peristiwa agresi militer Belanda pada 9 Desember 1947.
Monumen ini terdiri dari sebuah bulatan besar dengan tangan mengepal di atasnya, dan dikelilingi empat bulatan kecil yang melambangkan mata angin. Terdapat tulisan 17 Agustus 1945 serta teks Proklamasi.
KHUMAR MAHENDRA | LALA DITA PANGESTU I MILA NOVITA
Pilihan Editor: Cak Imin Dianggap Sukses Comeback di Debat, Rencana Diculik ke Rengasdengklok Batal