TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan tekanan kekuasaan untuk kepentingan jangka pendek tidak akan langgeng. Hasto menyebut salah satu contohnya adalah untuk kepentingan keluarga.
“Ingin membuktikan bahwa tekanan-tekanan kekuasaan selama itu kekuasaan hanya untuk kepentingan jangka pendek untuk kepentingan keluarga, maka tidak akan langgeng. Sementara kekuasaan yang berakar dari akar rumput itu yang akan langgeng,” kata Hasto saat ditemui di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Senin petang, 15 Januari 2024.
Selain itu, Hasto mengklaim kekuatan akar rumput akan selalu menampilkan harapan terhadap pemimpin seperti Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Selain itu, Hasto mengatakan mereka akan bisa bersikap terhadap bentuk praktik politik kekuasaan yang tidak demokratis.
Singgung orde baru
“Kekuatan seperkasa Orde Baru pun bisa rontok meskipun muncul fenomena neo Orde Baru itu kembali hadir. Karena di balik intimidasi memunculkan harapan dan itu telah terbukti secara empiris dalam kajian kajian ilmiah. Karena kita bangsa spiritual, bangsa yang punya nilai nilai moral keagamaan dan kemudian membangun harapan sehingga berbagai intimidasi justru kami yakini menjadi energi juang,” kata Hasto.
Selain itu, Hasto kembali menyinggung soal intimidasi yang dialami pendukung calon presiden dan calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md., di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Yang berdasarkan laporan tim hukum kami, terjadi banyak praktik-praktik pengerahan dari instrumen kekuasaan untuk memenangkan dan berhadapan dengan Pak Ganjar Pranowo dan Pak Mahfud,” kata Hasto.
Hasto respons soal isu pemakzulan Jokowi
Hasto Kristiyanto juga merespons pernyataan bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie soal isu pemakzulan presiden Joko Widodo atau Jokowi karena ada pendukung yang takut kalah. Menurut Hasto isu pemakzulan itu muncul dari masyarakat.
“Ya sebenarnya kita turun ke bawah saja. Itu adalah suatu instrumen yang muncul untuk dipahami oleh seorang pemimpin,” kata Hasto di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Senin, 15 Januari 2024.
Menurut Hasto, gerakan pemakzulan itu muncul karena adanya praktik-praktik manipulasi hukum di Indonesia. Dia menilai, fenomena ini merupakan aksi dan reaksi.
“Ini sebagai antitesa atas berbagai intimidasi dan juga praktik-praktik manipulasi hukum melalui Mahkamah Konstitusi. Jadi terjadi aksi dan reaksi, maka sebaiknya bagi penguasa ini dijadikan instrumen atau kritik saja,” kata Hasto.
Pilihan Editor: Maruarar Sirait Putuskan Pamit dari PDIP