TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak para mahasiswa Stanford University, San Francisco, Amerika Serikat, untuk mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur. Ia mengharapkan para mahasiswa bisa melakukan riset kilat dan lebih dekat melihat proses serta program pembangunan hijau IKN.
“Saya kira mungkin akan menjadi sebuah ide yang baik, ide yang seru jika mahasiswa Stanford University melakukan study tour ke Nusantara,” kata Jokowi saat menyampaikan kuliah umumnya di kampus tersebut pada Rabu, 15 November 2023. “Saya ini lulusan kehutanan. Jadi jika nanti dibutuhkan, saya bisa menjadi guide-nya,” kata Jokowi dalam kesempatan yang sama, disambut tepuk tangan audiens.
Presiden Jokowi mengunjungi Amerika Serikat pada pekan ini untuk mengikuti rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT APEC di San Francisco pada 16-17 November 2023. Pada Senin, 13 November 2023, Jokowi bertemu Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih. Kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan kemitraan Indonesia-AS menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership/CSP).
Sebelum ke Stanford University, Jokowi sempat menyampaikan kuliah umum di Gaston Hall, Gedung Healy, Georgetown University, Washington DC, Amerika Serikat, pada Senin, 13 November 2023. Dalam pidatonya, ia membahas falsafah bangsa Pancasila yang menjadi penopang kehidupan bernegara.
Dalam kuliah umumnya di Stanford University, Jokowi mengatakan perubahan iklim dan transisi energi merupakan hal yang sangat mendesak di tengah dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Ia menyoroti, saat ini masih terdapat tantangan besar bagi Indonesia dan juga negara berkembang lainnya untuk melakukan transisi energi utamanya, dalam transfer teknologi dan pendanaan.
“Sampai saat ini yang namanya pendanaan iklim masih business as usual, masih seperti commercial banks. Padahal seharusnya lebih konstruktif, bukan dalam bentuk utang yang hanya akan menambah beban negara-negara miskin maupun negara-negara berkembang,” kata Jokowi dalam kuliah umumnya.
Jokowi mengatakan kolaborasi dan langkah strategis menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Ia mengatakan komitmen Indonesia tidak perlu dipertanyakan.
Kepala negara mengklaim Indonesia telah berhasil menurunkan emisi sebesar 91,5 juta ton. Hal tersebut diikuti oleh laju deforestasi Indonesia hingga 2022 telah ditekan hingga 104.000 hektare. Kawasan hutan juga direhabilitasi seluas 77.000 hektare, hutan bakau direstorasi seluas 34.000 hektare hanya dalam waktu satu tahun. "Indonesia memiliki potensi energi hijau yang sangat besar, yang bisa dimanfaatkan untuk pelestarian bumi. Potensinya mencapai 3600 gigawatt dari energi matahari, air, dari sungai karena kita memiliki 4400 sungai, kemudian angin, kemudian geothermal, ombak dan energi bio," katanya.
Menurut Jokowi, Indonesia akan terus menjaga lingkungan dan melakukan transisi energi. Seperti halnya yang akan diterapkan di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang akan menjadi kota pintar berbasis hutan yang nantinya disebut akan menggunakan energi hijau dari matahari dan air.
Pilihan Editor: Pj Bupati Sorong Diduga Buat Pakta Integritas Menangkan Ganjar, NasDem: Kalau Benar, Tidak Cerdas