TEMPO.CO, Batam - Warga Pulau Rempang membantah pernyataan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan yang menyebut tidak ada korban luka usai bentrok antara aparat gabungan dengan warga yang menolak pengukuran dalam proyek Rempang Eco-City.
Muhammad Ridwan, 60 tahun, warga Pulau Rempang bercerita kepalanya harus menerima 12 jahitan usai bentrokan dengan aparat. Ia masih menjalani penyembuhan di rumah saudaranya di Kawasan Batu Aji, setelah terkena peluru karet dari anggota Polresta Barelang.
Baca Juga:
"Saya sempat dilarikan ke Puskesmas Marinir untuk mendapatkan pertolongan. Katanya (dokter), kepala saya dijahit 12," kata Ridwan, Jumat 8 September 2023.
Kejadian yang menimpa Ridwan viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat Ridwan dilarikan ke sebuah warung dengan kepala bercucuran darah di lokasi demo berlangsung.
Ridwan bercerita, awalnya dirinya usai membeli pupuk di sebuah warung. Saat hendak pulang ia diajak teman-temannya berkumpul di Jembatan 4 untuk menyampaikan penolakan mereka terhadap relokasi kampung di Pulau Rempang. "Di saat itu saya langsung ikut ke Jembatan 4, karena tergerak aja," kata Ridwan.
Saat bentrok terjadi dirinya berada baris depan. Ridwan, ikut menahan masuknya aparat gabungan ke Pulau Rempang. Setelah itu aparat gabungan menembakan gas air mata. "Tidak lama kemudian, tangkap-tangkap kata polisinya. Terasa peluru karet mengenai kepala, kepala saya langsung pusing," kata Ridwan.
Kepalanya sempat bercucuran darah, namun langsung sigap dibawa ke Puskesmas untuk menjalani perawatan.
Ridwan mengatakan, ia berharap pemerintah untuk mendengarkan suara rakya kecil. "Saya hanya ingin hak kami saya saja," katanya.
Kiptiyah, warga Pantai Melayu, Pulau Rempang mengatakan masih syok usai ricuh yang terjadi di Jembatan 4 Pulau Rempang, Kamis 7 September 2023. Ia salah seorang perempuan yang berada di baris depan dalam kejadian tersebut.
Awalnya pagi itu Kiptiyah datang ke Jembatan 4, Barelang Kota Batam. Warga memang setiap hari bergilir menjaga di Jembatan 4 Barelang semenjak adanya isu pengusuran beberapa bulan belakangan.
Jembatan 4 ini menjadi pintu menuju kampung di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepri. Kawasan Pulau Rempang ini akan dilakukan pembangunan proyek strategis nasional (PSN) yang disebut "Rempang Eco-city".
Suasana pagi itu, kata Kiptiyah, seperti biasanya. Namun, tiba-tiba lewat pukul 09.00 WIB beberapa petugas datang diujung jembatan. "Informasinya mereka ada latihan, jadi warga tidak ada persiapan," kata Kiptiyah kepada Tempo, Jumat, 8 September 2023.
Akhirnya beberapa warga berkumpul di ujung jembatan. Setelah itu pertemuan terjadi antara aparat gabungan dan warga. "Tidak begitu lama, polisi bilang, tidak boleh melawan, mundur-mundur, burrr, kami langsung ditembaki warna putih," kata Kiptiyah.
Mata Kiptiyah langsung perih sampai membuat dirinya sesak. Ia melarikan diri ke hutan yang berada di sisi kiri jalan. "Mata bude perih, kena gas air mata, sampai nyendak di hidung, kami cari air cuci mata," katanya.
Ia melanjutkan, kejadian itu terjadi begitu cepat. "Kok datang-datang aparat ini nyemburin gas, kami tidak bisa melawan langsung lari ke hutan, dalam hati bilang, mati aku, mati aku, sambil lari," katanya.
Aksi pemblokiran dilakukan secara spontan
Kiptyah menegaskan, sampai saat ini pihaknya masih bertahan tetap menjaga kampung halamannya. "Penolakan ini tidak ada yang nyuruh, ini spontan saja, siapa yang tidak takut kampung mereka diambil," kata Kiptyah.
Kiptyah sampai saat ini tidak mau direlokasi karena tidak ada sosialisasi yang jelas. Termasuk, hitam di atas putih soal tempat relokasi. "Sampai saat ini tidak ada yang jelas," katanya.