TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara menjadi topik yang ramai diperbincangkan dalam beberapa pekan terakhir. Pemicunya tentu saja karena DKI Jakarta disebut termasuk dalam kota besar dengan tingkat polusi tertinggi di dunia.
Presiden Jokowi bahkan sempat menggelar rapat terbatas yang khusus membahas masalah tersebut pada Senin lalu, 14 Agustus 2023. Dalam rapat tersebut, Jokowi mengeluarkan sejumlah instruksi untuk menekan tingkat polusi udara di DKI Jakarta.
Diantaranya adalah dengan meminta seluruh kantor menerapkan Work from home (WFH) atau bekerja dari rumah. Dengan penerapan WFH, Jokowi berharap tingkat penggunaan kendaraan dapat ditekan sehingga tingkat pencemaran udara pun turun.
"Jika diperlukan kita harus berani mendorong banyak kantor melaksanakan hybrid working, work from office (jadi) work from home mungkin. Saya enggak tahu nanti dari kesepakatan di rapat terbatas ini apakah 75 persen (di rumah) 25 persen (di kantor) atau angka yang lain," kata Jokowi.
Presiden juga menginstruksikan agar dilakukan rekayasa cuaca di DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurut dia, meningkatnya polusi udara juga tak lepas dari kemarau berkepanjangan yang terjadi saat ini.
Selain itu, Jokowi juga memerintahkan penambahan ruang terbuka hijau di berbagai daerah. Hal ini dinilai penting agar tanaman bisa menyerap karbon monoksida yang keluar dari kendaraan bermotor.
Meskipun demikian, polusi udara nyatanya tak hanya menjadi masalah di DKI Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan pantauan Tempo di laman AQ Air pada hari ini, Rabu, 16 Agustus 2023, DKI Jakarta hanya menempati posisi kelima sebagai kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di Indonesia.
Peringkat pertama justru diduduki oleh Tangerang Selatan. Sejumlah kota di luar wilayah ibu kota juga tampak memiliki tingkat polusi yang masuk dalam kategori tidak sehat dan tidak sehat bagi kelompok sensitif. Misalnya Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat; Kota Ubud, Bali; dan Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.
Berikut daftar 10 daerah dengan polusi tertinggi di Indonesia versi AQ Air:
1. Tangerang Selatan, Banten - 185 - Tidak Sehat
2. Serang, Banten - 174 - Tidak Sehat
3. Terentang, Kalimantan Barat - 170 - Tidak Sehat
4. Kota Tangerang, Banten - 162- Tidak Sehat
5. DKI Jakarta - 158 - Tidak Sehat
6. Ubud, Bali - 155 - Tidak Sehat
7. Surabaya, Jawa Timur - 152 - Tidak Sehat
8. Semarang, Jawa Tengah - 145 - Tidak Sehat bagi kelompok sensitif
9. Sleman, Yogyakarta - 138 - Tidak Sehat bagi kelompok sensitif
10. Bengkulu, Bengkulu - 122 - Tidak Sehat bagi kelompok sensitif
Penilaian ini dilakukan IQ Air dengan mengukur tingkat PM 2,5 atau partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2,5 mikrometer. Mereka melakukan pengukuran di 72 titik yang tersebar di berbagai daerah. Di tingkat dunia, DKI Jakarta hari ini dinobatkan sebagai kota besar dengan polusi udara paling buruk ketiga. Nomor 1 diduduki Bagdad, Irak dan di bawahnya terdapat Kota Dhaka, Banglades.