Santer diwacanakan ingin menggeser posisi Airlangga Hartarto, Luhut meluruskan bahwa dirinya tak memiliki masalah pribadi dan hanya akan menunggu keputusan partai.
Belakangan, ia mengaku kerap didatangi senior-senior Partai Golkar, meski enggan menjawab isi dari pertemuan-pertemuan tersebut.
“Airlangga itu teman baik saya, tidak ada masalah. Soal itu tadi (menjadi Ketum Partai Golkar) biarkan saja mekanisme mereka jalan, saya nunggu saja, tidak ada juga kepentingan yang menggebu-gebu di situ,” ujar Luhut Binsar.
Ketika disinggung soal elektabilitas partai yang menurun seperti pada hasil survei Indikator Politik Indonesia, yaitu 9,2 persen berdasarkan survei tatap muka, Luhut juga tak ingin menyalahkan siapa pun, termasuk Airlangga Hartarto.
Menurutnya, kondisi ini justru semestinya diisi dengan upaya perbaikan di tubuh Partai Golkar, dan elite partai memegang kendali besar dalam hal ini.
Bahlil: lewat mekanisme partai
Selain Luhut, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga disebut-sebut akan menggantikan posisi Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar. Menanggapi hal ini, Bahlil menegaskan bahwa status dirinya masih menjadi kader Partai Golkar dan tidak pernah pindah ke partai lain.
"Saya itu kalau kader, saya itu dari 2001 sampai 2014 struktural, selebihnya saya enggak lagi struktural. Tapi kan saya enggak pernah pindah partai," kata Bahlil saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa, 25 Juli 2023.
Soal kesiapannya menjadi ketua umum partai berlambang pohon beringin itu, Bahlil menegaskan bahwa pencalonan jabatan dilakukan melalui mekanisme partai. Sebagai kader, ia juga merasa terpanggil jika memang dicalonkan menjadi Ketua Umum Partai Golkar.
"Setiap kader yang merasa bertanggung jawab untuk pengabdian kepada partai, saya pikir semuanya terpanggil, tapi lewat mekanisme partai," ujarnya.
AMIRULLAH
Pilihan Editor: Lantik 833 Perwira Remaja TNI-Polri, Ini Sederet Permintaan dan Harapan Jokowi