TEMPO.CO, Jakarta - Pakar astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Thomas Djamaluddin menjelaskan tentang kronologi munculnya komentar bernada mengancam warga Muhammadiyah yang dibuat oleh sejawatnya Andi Pangerang Hasanuddin di media sosial Facebook. Dia mengatakan komentar dari Andi itu berawal dari status yang dia buat di Facebook mengenai perbedaan penentuan 1 Syawal 1444 Hijriah antara pemerintah dan Muhammadiyah.
“Saya menulis tentang dalil Surat An Nisa Ayat 59, satu lagi terkait Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) Nomor 2 Tahun 2004,” kata Thomas ketika dihubungi, Senin, 24 April 2023.
Surat An Nisa Ayat 59 menyebutkan tentang perintah untuk menaati Allah, Rasul dan ulil amri atau pemegang kekuasaan. Sementara, Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004 merupakan fatwa tentang penetapan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah.
Emosi berawal dari komentar netizen
Menurut Thomas status itu kemudian dikomentari oleh pengguna Facebook lainnya, termasuk akun Facebook bernama Ahmad Fauzan. Komentar dari Ahmad Fauzan ini, kata dia, diduga yang menjadi penyebab emosi Andi tersulut hingga melontarkan komentar ancaman.
“Andi mungkin merasa tersinggung, nampaknya seperti itu,” kata dia.
Thomas mengatakan telah berkomunikasi dengan Andi Pangerang. Dia meminta Andi untuk menunjukkan komentar yang membuatnya tersinggung. Namun, kata Thomas, komentar yang dimaksud oleh Andi Pangerang itu sudah tidak ada.
“Saya tanya Andi, dia juga tak sempat screenshot,” kata Thomas.
Komentar Andi yang dianggap mengancam warga Muhammadiyah diposting pada Ahad, 23 April 2023. Komentar tersebut berbunyi: “Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat kegaduhan kalian,” tulis akun AP Hasanudin. Dalam komentarnya itu, Andi me-mention akun Ahmad Fauzan.
Thomas menduga Andi sampai mengunggah komentar tersebut karena tersinggung dengan pernyataan Ahmad Fauzan. Karena itulah, kata Thomas, Andi me-mention akun Ahmad Fauzan dalam unggahannya yang berbau ancaman. Namun, kata Thomas, unggahan Ahmad Fauzan itu saat ini sudah tidak ditemukan.
“Saya tidak tahu pernyataan apa,” kata dia.
Komentar ini kemudian viral di media sosial. Komentar ini juga menyulut kemarahan dari sejumlah tokoh Muhammadiyah, di antaranya Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Ma’mun Murod Al Barbasy. Ma’mun mengecam pernyataan Andi yang dianggap seperti preman.