INFO NASIONAL – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya, sepanjang 2021 telah merehabilitasi dan merenovasi sarana prasarana bagi 12 sekolah di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor.
Pekerjaan ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 43 tahun 2019 tentang Pembangunan, Rehabilitasi, atau Renovasi Pasar Rakyat, Prasarana Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
12 sekolah yang direhabilitasi adalah SDN Cibantala 1, SDN Kidang Kencana, SDN Sirnagalih, SDN Leles, SDN Mekarsari, SDN Puncakwangi, SDN Selaawi, SDN Simpang 1, SDN Bojong Koneng, SDN Gelarpawitan, SMPN 4 Cidaun, dan SDN Rengasjajar. Pekerjaan dilaksanakan selama 180 hari kerja dengan nilai kontrak sebesar Rp23,6 miliar.
Dua di antara 12 sekolah tersebut, SDN Cibantala 1 dan SDN Kidang Kencana, dibangun dengan konstruksi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Saat bencana gempa berskala 5,6 SR di Kabupaten Cianjur beberapa waktu lalu, dua sekolah tersebut tidak mengalami kerusakan karena menerapkan teknologi RISHA yang merupakan bangunan tahan gempa.
“Pada tahun 2020, sekolah ini direhabilitasi dan direnovasi dengan menggunakan teknologi RISHA dan alhamdulillah relatif aman, hampir tidak ada kerusakan sedikitpun. Kalau ada hanya kerusakan arsitektural, namun secara struktur aman,” kata Direktur Jenderal Perumahan Iwan Suprijanto saat meninjau infrastruktur pasca-gempa Cianjur, Ahad, 11 Desember 2022.
Iwan menerangkan, metode RISHA tidak hanya dapat diterapkan pada pembangunan rumah saja, tetapi juga pada fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos), termasuk salah satunya sekolah.
“Kami menyadari bahwa Cianjur, khususnya Jawa Barat merupakan daerah rawan bencana. Maka dalam perencanaan pembangunan, sekolah ini didesain sebagai bangunan tahan gempa,” katanya.
Kementerian PUPR juga telah menerapkan metode RISHA untuk pembangunan fasum fasos di beberapa lokasi rawan gempa di Indonesia. Seperti di Lombok, Aceh, Nias, Mentawai, Sulawesi Barat, dan NTT.
“Pada pasca gempa Lombok, selain sekolah, madrasah, masjid, dan pasar, beberapa balai warga juga kami bangun dengan teknologi RISHA. Dan Alhamdulillah aman dari bahaya gempa. Termasuk di Aceh, pada tahun 2016 lalu ada 21 sekolah, di Nias 2020 - 2021 ada 91 sekolah, di Mentawai ada 30 sekolah, Sulawesi Barat pasca gempa ada 147 sekolah dan madrasah, dan di NTT dibangun juga,” kata Iwan.
Karena itu, Kementerian PUPR terus berupaya untuk memperbanyak pembangunan sekolah dengan penerapan teknologi RISHA. “Saat ini prototype sekolah dengan penerapan teknologi RISHA sudah ditetapkan dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya No. 47 / 2019 sebagai desain prototype pembangunan sekolah. Menurut Kemendikbudristek, disebut sebagai sekolah yang ramah terhadap gempa,” tutur Iwan. (*)