INFO NASIONAL -- Indonesia, sebagai pemegang Presidensi G20 di 2022, memimpin dua jalur pertemuan G20, yaitu Finance Track yang membahas isu keuangan dan moneter serta Sherpa Track yang membahas pembangunan.
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, Development Working Group atau DWG yang dilaksanakan Kementerian PPN/Bappenas menjadi bagian dari Sherpa Track. “Fokusnya untuk pembangunan negara berkembang, negara tertinggal atau least developed countries dan negara kepulauan atau small island developing states,” katanya.
DWG mengangkat empat prioritas pembangunan. Pertama, memperkuat pemulihan dari pandemi covid-19 dan memastikan resiliensi di negara berkembang, negara tertinggal, dan negara kepulauan melalui tiga pilar kunci Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), perlindungan sosial adaptif, serta ekonomi hijau dan ekonomi biru melalui pembangunan rendah karbon.
Kedua, meningkatkan pembiayaan swasta dan campuran dalam mendanai pembangunan berkelanjutan di negara berkembang, negara tertinggal, dan negara kepulauan. Ketiga, memperbarui komitmen global terhadap multilateralisme untuk pembangunan berkelanjutan. Keempat, mengoordinasikan kemajuan pencapaian Sustainable Development Goals di G20 dan pemutakhiran komitmen pembangunan G20.
DWG pertama kali dibentuk melalui Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Toronto, Kanada pada 2010, dengan tugas utama untuk membahas agenda prioritas G20 dalam bidang pembangunan. DWG mengidentifikasi tantangan-tantangan pembangunan, untuk kemudian merumuskan solusi-solusi terbaik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dan berpendapatan rendah sebagai upaya mitigasi krisis finansial global.
Pertemuan DWG telah berlangsung tiga kali, di Jakarta, Yogya, dan Bali. Awal September 2022, Development Ministerial Meeting (DMM) dilaksanakan di Belitung sebagai agenda puncak, menyambut pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang akan digelar pada 15-16 November 2022 di Bali.
“Saya ingin berbagi optimisme, bahwa tahun-tahun mendatang setelah pertemuan DWG dalam rangka Presidensi G20 Indonesia 2022 ini, kami akan mendapat kehormatan untuk menjadi contoh bagaimana multilaterisme etnis dan jaringan inklusif dapat menjadi bagian dari solusi, diikuti tindakan nyata untuk mendorong pemulihan dan ketahanan yang lebih kuat," kata Suharso.
DWG, menurut Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas Scenaider CH Siahaan menjembatani relasi negara maju dengan negara berkembang. “DWG ini memang bertujuan menyuarakan kepentingan negara berkembang dan bersama-sama dengan negara maju untuk bisa bersinergi mengatasi masalah-masalah yang ada, terutama yang mempengaruhi dunia,” tuturnya.
Bagi Indonesia, keterlibatan dalam DWG memberikan manfaat, di antaranya akses untuk terlibat langsung dalam menentukan desain, agenda setting, dan implementasi kebijakan pembangunan tingkat global. Selain itu, Indonesia juga dapat meningkatkan perbaikan kebijakan melalui internalisasi agenda pembangunan G20 di dalam negeri.
Indonesia juga dapat berbagi pengalaman mengenai implementasi pembangunan nasional, termasuk untuk upaya pembiayaannya. Secara strategis, Indonesia mendapatkan manfaat langsung melalui inisiatif yang didorong G20 DWG seperti Agricultural Market Information System, Global Partnership for Financial Inclusion, dan lainnya.(*)