Kehebatan sifat ini, dijelaskan Taufan juga terlihat saat ia mampu mengutus staff ahli Kapolri yakni Fahmi Alamsyah. Hal ini dinilai kuasa milik Ferdy Sambo sudah tidak main-main.
“Semua bilang abuse of power, saya bilang bukan abuse of power saja tapi lebih dari itu. Sampai pakai Fahmi Alamsyah, siapa Fahmi Alamsyah? Staff ahli Kapolri. Siapa yang berani nyuruh ini? Ini lebih dari abuse of power. Dia gerakkan semua dari Polda hingga staffnya Kapolri loh,” ucapnya.
Sifat ini terlihat dengan cepatnya ia mengutus anak buahnya untuk merusak TKP dan menghilangkan barang bukti. Ia pun menggerakkan kesatuan Polri lintas divisi, jajaran Polda, hingga Polres.
Disampaikan oleh Taufan bahwa saat ini ia telah mampu mengerahkan sekitar 90 anggota kepolisian untuk melakukan obstruction of justice. Ia mengerahkan puluhan polisi tersebut untuk ikut merusak TKP, membuat disinformasi, menghilangkan barang bukti dan lain-lain.
“Setelah kejadian pembunuhan itu dia hubungi semua anak buahnya, suruh beresin ini hapus ini dan semua orang digerakkan. Dia sebagai kadiv propam dia merasa superpower hingga bisa mengendalikan semuanya itu. Itu terbukti kan ada 90 orang. 90 orang itu siapa? Anak buah propam? Nggak. Banyak juga yang diluar propam. Dia bisa kendalikan itu,” kata Taufan.
Membuat Masalah di Internal Polri
Banyaknya anggota Polisi yang terjerat kasus ini disampaikan Taufan membuat penyidik menjadi susah untuk menangani ini. Terlebih jika penyidik merupakan anggota Polri sendiri. Ferdy Sambo justru menyerah setelah Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri, Komisaris Jenderal Polisi Ahmad Dofiri turun gelanggang.
“90an orang itu jelas sehingga membuat tidak mudah buat penyidik untuk timsus menangkap dia kan? Itu kan yang banyak berperan justru Ahmad Dofiri yang meyakinkan Sambo, ‘sudahlah Mbo menyerahkan dirilah’” ucap Taufan.
Taufan menceritakan Ferdy Sambo menyerahkan diri setelah Richard mengubah BAP-nya. Sambo kemudian dijemput oleh Kepala Divisi TIK Polri Irjen Slamet Uliandi untuk ke Mako Brimob Polri untuk menyerahkan diri.
“Tadinya dia gak mau karena sulit banget tuh penyidik nangkap dia itu dampak dari kekuatan satgasus itu. Seperti memberikan dukungan kepada Sambo sehingga penyidik itu jadi berat sekali untuk mengambil dia,” kata Taufan.
Taufan menduga hal ini terjadi karena Ferdy Sambo dengan cepat bisa naik jabatan. Dengan percepatan itu, Sambo belum mempunyai kesiapan untuk memiliki anak buah yang banyak.
Catatan koreksi:
Berita ini telah mengalami perubahan pada Kamis 15 September 2022 pukul 20.30 karena kesalahan persepsi dari pernyataan narasumber. Redaksi memohon maaf