INFO NASIONAL – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan sebanyak 31 Taman Maju Bersama (TMB) dibangun hingga akhir 2022. Seluruh TMB itu tersebar di empat kota administratif, yakni Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur.
“Alasan pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada kebutuhan lingkungan untuk mengakomodir pemenuhan atau penyediaan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai ruang ketiga bagi masyarakat, baik secara ekologi maupun interaksi sosial,” ujar Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati.
Adapun jumlah TMB yang akan dibangun di wilayah Jakarta Selatan sebanyak delapan taman, antara lain di Pasar Minggu, Pesanggrahan, Cilandak, dan Jagakarsa. Di Jakarta Utara sebanyak lima taman, yaitu empat di Cilincing dan satu di Tanjung Priok.
Selanjutnya ada enam taman di Jakarta Barat, lima di Kalideres dan satu di Kebon Jeruk. Terakhir, untuk wilayah Jakarta Timur sebanyak 12 taman, terdiri atas delapan taman di Cipayung, satu di Cakung, dua di Kramat Jati, dan satu di Ciracas. TMB di Jalan Kramat III, Cipayung, Jakarta Timur, akan menjadi taman terluas dari 31 taman yang dibangun tahun ini, yakni 30 ribu meter persegi.
“Saat ini progres TMB sedang dalam tahap pembangunan dan ditargetkan bulan September 2022 akan selesai,” ucap Suzi. Dengan demikian, pada akhir tahun ini, DKI Jakarta akan memiliki total seratus taman. Sebanyak 69 taman telah dibangun sepanjang 2018-2021.
Pemprov DKI Jakarta melibatkan warga di sekitar lokasi taman untuk memberi masukan dan merancang bersama, sehingga sesuai kebutuhan lingkungan tersebut. Suzi menegaskan bahwa TMB merupakan konsep Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbentuk taman yang terbuka dan dilengkapi fasilitas untuk semua lapisan masyarakat di DKI Jakarta.
“TMB ini merupakan taman kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat setempat, karena dari perencanaan, pengembangan, hingga penggunaannya melibatkan masyarakat sekitar lokasi TMB yang dibangun,” kata Suzi.
Konsep taman di Jakarta lebih sebagai park, bukan garden. Walau dua kata tersebut memiliki arti yang sama dalam Bahasa Indonesia, yakni “taman”, namun sebenarnya ada perbedaan. Gubernur Anies Baswedan menjelaskan perbedaan antara park dan garden. "Kalau garden itu adalah tempat untuk kita menikmati tanaman, menikmati bunga. Tapi kalau park itu tempat bermain," ujarnya.
Karena itu, taman yang ada di Jakarta lebih diarahkan menjadi park yang memudahkan masyarakat untuk menikmati ruang terbuka hijau bersama keluarga, sehingga bisa bermain bersama. “Kita siapkan seperti ini. Itu membuat warga punya perasaan kami memfasilitasi, kami bisa bersama keluarga, kami bisa beraktivitas yang menyenangkan. Karena itulah tujuan kita: maju kotanya, bahagia warganya," tambahnya.
Penjabaran Anies tersebut berhasil diimplementasikan dalam konsep TMB. Kadistamhut Suzi menjelaskannya sebagai infrastruktur publik yang berfungsi menjadi Ruang Ketiga Publik yang nyaman bagi warganya untuk beraktivitas maupun berinteraksi, lebih mengedepankan penghijauan, dan minim bangunan.
TMB juga memiliki berbagai fungsi, di antaranya sebagai fungsi ekologis RTH pada umumnya, yaitu penjaga kualitas lingkungan kota, menjaga keberlanjutan ekosistem, meningkatkan daya dukung tanah, menciptakan kenyamanan thermal, area konservasi air, ruang mitigasi bencana, meningkatkan kualitas kesehatan kota, menambah estetika kota, serta dapat berfungsi sebagai ruang interaksi, rekreasi, dan kegiatan kolaborasi yang positif bagi masyarakat maupun meningkatkan nilai ekonomi.
Salah satu TMB yang menarik minat warga, bahkan sempat viral dan selalu penuh, adalah Tebet Eco Park. Akibatnya banyak bagian taman tersebut yang rusak, terutama rumputnya. Distamhut DKI Jakarta memang telah memperbaiki dan berencana membuka kembali Tebet Eco Park. Namun, untuk mencegah jumlah kunjungan yang melebih kapasitas, warga harus mendaftar terlebih dahulu melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI).
Selain menempati area seluas 7,3 hektare sehingga disebut sebagai taman besar (taman grande), keunggulan Tebet Eco Park juga memadukan ruang terbuka hijau dengan biru, serta memiliki aneka wahana seperti tempat bermain anak, arena komunitas, dan lain-lain. Konsep serupa akan diterapkan pula di sejumlah taman grande lainnya, sehingga masyarakat tidak terpusat mengunjungi satu taman saja.
“Ya, pembangunan dan penataan taman kota saat ini dilakukan dengan memperhatikan jejaring hijau serta biru, sebagai penghubung dan penguat poros ekologis, serta tempat interaksi, sehingga kebutuhan sosial bermasyarakat pun dapat terpenuhi,” tutur Suzi.
Taman grande yang akan dikembangkan seperti Tebet Eco Park antara lain Taman Puring seluas 1,3 hektare dan Taman Mataram seluas 0,8 hektare. Revitalisasi dua taman tersebut telah dimulai sejak 2019 dan rencananya akan memiliki berbagai fasilitas, sehingga, selain hijau, layak untuk bermain serta berkreativitas pula. (*)