Dari sekitar 1500 hektare itu, di antaranya areal persawahan di delapan desa di Kecamatan Kalitidu. Kemudian beberapa desa di Kecamatan Malo, juga di Kasiman, Purwosari, Padangan, Trucuk, Kanor dan Kapas. Sebagian besar, tanaman padi di persawahan tersebut kini tengah memasuki musim panen kedua.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Parwoto, membenarkan akan ancaman puso bagi tananam padi siap panen. Menurutnya, Dinas Pertanian tengah memetakan tanaman padi yang sudah tergenangi dan akan tergenangi akibat banjir Bengawan Solo. “Kalau banjir jelas. Makanya kita petakan arealnya,” tegasnya pada Tempo, Minggu (1/2) siang.
Parwoto mengatakan, tanaman padi siap panen akan mati jika tergenang hingga tiga hari lamanya. Terutama, jika male-nya (bulir) terendam maka, padi akan membusuk. Tetapi jika hanya tergenang sekitar satu malam, kemungkinan masih bisa diselamatkan.
Pihaknya tidak memerintahkan untuk melakukan panen dini atau membiarkan padi terkena banjir. Sebab, jika dilakukan panen dini maka kwalitas harga padi akan anjlok sehingga merugikan petani. “Kita tunggu cuacanya,” tegasnya.
Areal persawahan yang jelas sudah terendam banjir, di antaranya di sembilan desa di Kecamatan Kalitidu, yaitu Manukan, Sudu, Ngraho, Cengungklung, Talok, Mojosari, Pilangsari, Ngringinrejo, dan Brenggolo. Selama ini, desa-desa tersebut dikenal sebagai lumbung padinya Bojonegoro. Parwoto berharap, bahwa banjir kali ini tidak mengganggu produksi beras tahun 2009 di Bojonegoro, yang rata-rata mencapai sekitar 650 ribu ton per tahunnya.
Sementara itu, kondisi banjir di Bojonegoro kini tergantung oleh cuaca di kota Solo dan Madiun. Jika di dua daerah tersebut terjadi hujan deras secara bersamaan, maka banjir kemungkinan akan meningkat.
Data di Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Bojonegoro, ketinggian air di papan ukur di Bojonegoro maksimal mencapai 14,50 phielschal. Dengan catatan Kota Solo dan kota Madiun dan sekitarnya tidak mengalami hujan deras. Tetapi, jika terjadi hujan deras, air akan meningkat.
Menurut Koordinator Penanggulangan Bencana Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Bengawan Solo untuk ekskaresidenan Bojonegoro, Moelyono, perjalanan air dari Solo ke Bojonegoro lewat Bengawan Solo, sekitar 35 jam. Artinya, puncak banjir di Bojonegoro akan terjadi pada Senin, dini hari hingga siang. “Tetapi dengan catatan, Solo dan Madiun tidak hujan deras,” tegasnya.
SUJATMIKO