Karena KRI Nanggala-402 dibeli langsung di negara pembuat dalam keadaan baru sama sekali, sistem kesenjataan bawah permukaan lautnya terdiri dari 14 terpedo buatan AEG, periskop Zeiss yang berada di samping snorkel buatan Maschinenbau Gabler.
Baterai-baterai listrik itu mengambil sekitar 25 persen bobot total kapal selam yang secara keseluruhan adalah 1.395 ton (maka dinamai Type 209/1300 karena ada juga Type 209/1200 dan Type 209/1400).
Secara dimensi, panjang keseluruhan Type 209/1300 adalah 59,5 meter, diameter luar 6,3 meter, dan diameter dalam 5,5 meter. Jika menyelam, kecepatan kapal maksimum 21,5 knot dengan awak berdasarkan spesifikasi dasar pabrikan sebanyak 34 pelaut.
Kewaspadaan situasional KRI Nanggala-402 mengandalkan sonar CSU-3-2 suite. One ping adalah ujaran komandan kapal selam yang kerap dilontarkan untuk mengaktifkan sonar guna mendeteksi kehadiran kapal selam lawan.
Empat belas torpedo 21 inci/533 mm dalam delapan tabung menjadi andalan utama sistem kesenjataannya yang pada tahun 2021 akan diuji kebolehannya pada latihan puncak di perairan utara Pulau Bali. Dari tabung torpedo yang sempit itulah dapat menjadi wahana peluncuran manusia-manusia katak untuk misi penyusupan di belakang garis pertahanan musuh. Suatu cara aksi yang berisiko tinggi sebetulnya.
KRI Nanggala-402 bersama KRI Cakra-401 menjadi kapal selam paling senior di TNI AL dengan catatan penugasan yang cukup panjang. Kapal tersebut berangkat dari hanggarnya di dermaga Armada II TNI AL di Ujung, Surabaya.
Jejak KRI Nanggala-402 diantaranya pada 2002 terlibat dalam latihan gabungan TNI AL-Angkatan Laut Amerika Serikat, CARAT-8/02 pada 27 Mei-3 Juni 2002, di perairan Laut Jawa, Selat Bali, dan Situbondo.
Pada 2004 terlibat dalam Latihan Operasi Laut Gabungan XV/04 di Samudra Hindia pada 8 April-2 Mei 2004. Di situlah KRI Nanggala-402 dengan torpedo SUT-nya menenggelamkan bekas KRI Rakata, kapal tunda samudra buatan 1942.
Sebelumnya, status hilang kontak kapal selam KRI Nanggala-402 tercatat pada Selasa dini hari, kemarin pukul 03.00 WITA. "Baru izin menyelam, setelah diberi clearance, langsung hilang kontak," kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Baca juga: Panglima TNI Sebut Kapal Singapura Sudah Bergerak Cari Kapal Selam KRI Nanggala