TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pemuda Dewan Masjid Indonesia (DMI) Arief Rosyid, tak menyangkal adanya sejumlah masjid yang masih menyebarkan ajaran kebencian di Indonesia. Namun Arief menegaskan jumlah masjid semacam itu sangat kecil.
Arief mengatakan dari data DMI, jumlah masjid di Indonesia ada di kisaran 800 ribu hingga satu juta unit. "Sekitar 99,9 persen itu kita yakin bahwa mesjid itu aman, terhindar lah. Cuma memang harus diakui ada beberapa yang juga terindikasi dipakai untuk menebar kebencian," ujar Arief saat dihubungi Tempo, Ahad, 24 November 2019.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin telah meminta agar kepolisian mengawasi masjid-masjid yang terindikasi kerap menyebarkan kebencian. Permintaan ini senada dengan upaya pemerintah yang sedang gencar-gencarnya menanggulangi radikalisme.
Meski begitu, Arief mengatakan selama ini DMI juga tak tinggal diam melihat situasi ini. Selain bekerja sama dengan empat organisasi remaja mesjid di Indonesia, DMI juga menggandeng para lulusan Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, untuk ikut turun tangan.
"Kita pakai jejaring bersama teman-teman ini juga selain membantu mengawasi mesjid yang rentan terkena paham menyimpang. Juga mereka minta bantu untuk mengajarkan islam yang rahmatan lil alamin," kata Arief.
Arief mengatakan DMI memahami saat ini fenomena hijrah sedang naik daun dan diminati masyarakat. Karena itu, untuk menghindari adanya salah ajaran di antara masyarakat yang hijrah, maka barisan pemuda dari DMI dan Al Azhar ini sudah turun ke lapangan sejak beberapa waktu lalu.
"Makannya sebisa mungkin kita masuk di persoalan pendidikan itu," kata Arief.
Termasuk nanti jika Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) resmi berjalan. Para mahasiswanya diharapkan juga dapat ikut mendorong pemahaman masyarakat terhadap Islam Wasakiyah atau islam jalan tengah. Salah satu organisasi remaja mesjid yang digandeng DMI adalah Indonesian Youth Economic Forum (ISYEF).
"Jadi dengan edukasi, gerakan ekonomi, sebisa mungkin membantu pemerintah dalam upaya upaya untuk mengkontra radikalisme itu," kata Arief.
Catatan Koreksi:
Judul berita di atas telah diubah pada Senin, 25 November pukul 00.38. Sebelumnya terjadi kesalahan persentase yang dikutip nara sumber.