TEMPO.CO, Jakarta-Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Jakarta Syafiq Hasyim menilai internet bisa menjadi pintu masuk menyebarnya paham radikalisme. Tapi, kata dia, internet hanya salah satu media penyebar pemikiran tersebut.
"Itu salah satu cara saja, internet itu kan ruang bebas dan memiliki pengaruh yang besar ke masyarakat," kata dia dalam diskusi soal deradikalisasi di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu, 23 November 2019.
Namun, menurut Syafiq, penyebaran radikalisme melalui internet tak cukup kuat mendorong seseorang untuk melakukan aksi terorisme seperti bom bunuh diri. "Untuk menjadi ekstremis, orang tidak bisa dipengaruhi oleh gambar YouTube, dan sebagainya."
Menurut dia, untuk sampai pada tindakan terorisme atau ekstremisme seseorang harus bersentuhan langsung dengan kelompok-kelompok teror. "Banyak studi menunjukan para pengebom itu rata-rata adalah mereka yang pernah berinteraksi langsung dengan mentornya," kata Syafiq.
Sebelumnya, terpidana kasus terorisme Umar Patek menyarankan agar anak muda tidak belajar agama Islam hanya dari internet, tetapi juga harus berguru kepada ulama. Terutama ulama yang memiliki pemahaman yang wasathiyah atau moderat.
"Seharusnya anak-anak muda ini dipahamkan ajaran agama Islam yang lurus, jangan hanya sepotong-sepotong, tidak utuh atau bahkan hanya belajar lewat online," kata Umar dikutip dari siaran pers di Jakarta, Jumat, 22 November 2019.
Salah satu pelaku bom Bali I itu berujar penyebaran radikalisme kini lebih banyak melalui internet, tidak seperti zaman dulu yang harus bertatap muka. Umar Patek yang kini aktif membantu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan program deradikalisasi terhadap para napi terorisme lainnya mengaku tidak ingin ada anak muda yang mengikuti jejaknya dulu.
Umar Patek alias Hisyam bin Alizein bahkan menekankan agar anak muda tidak mudah termakan oleh iming-iming janji surga yang instan. "Ketika mereka hanya berbicara masalah akhlak, ibadah dan lain-lain silakan. Tetapi ketika sudah masuk unsur-unsur kekerasan, itu sudah tanda bahwa ini adalah bagian dari kelompok yang berpaham radikalisme."