Adam mengaku sudah meminta bantuan kerabatnya yang bekerja di Polda Metro Jaya dan juga Tentara Nasional Indonesia. Kerabatnya di TNI menyatakan tak bisa membantu lantaran kepolisian bukan ranah mereka. Adapun kerabat yang di Polda juga mengaku tak tahu-menahu.
Adam menuturkan, saat mencari di Polda mereka terus dioper dari satu unit ke unit lain. Mulai dari Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras), Reserse Kriminal Khusus (Krimsus), Pencurian Motor (Ranmor), dan lain-lain.
Setiap mengunjungi satu subdit, kata Adam, dia ditanya apakah sudah mengunjungi subdit lainnya. Padahal jarak dari satu gedung subdit di Kompleks Polda Metro Jaya tidaklah dekat.
"Ternyata kondisi yang diping-pong bukan kami aja, banyak keluarga lain yang juga dioper-oper. Banyak ibu-ibu menangis mencari anaknya yang keberadaannya tak jelas," ujar Adam.
Sementara itu, pegiat HAM dan musisi Ananda Badudu mengatakan melihat banyak mahasiswa di salah satu ruangan di Kepolisian Daerah Metro Jaya. Polisi sempat menahan Nanda, sapaan akrabnya, di salah satu ruangan.
Ia ditangkap karena menggalang dana untuk unjuk rasa Mahasiswa. Nanda memang mengumpulkan uang lewat Kita Bisa untuk mendanai operasional unjuk rasa. Tapi, Nanda selalu melaporkan penggunaan uang dan sangat transparan seperti untuk menyewa mobil suara dan ambulans.
Badudu mengatakan merasa beruntung masih bisa bebas. "Saya salah satu orang yang beruntung, punya privilege untuk bisa segera dibebaskan," kata dia.
Ia melanjutkan, masih banyak orang terkait demonstrasi mahasiswa yang butuh bantuan dari pada dirinya. "Tapi di dalam saya lihat banyak sekali mahasiswa yg diproses tanpa pendampingan dan diproses dengan cara-cara yang tidak etis," kata dia.