TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membagikan kelambu untuk mencegah penyebaran penyakit malaria di tempat pengungsian gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Ahmad Yurianto mengklaim ada seribu kelambu yang telah dikirim ke seluruh tempat pengungsian. "Karena untuk memperbaiki sanitasi sulit dilakukan, jadi yang paling mudah dengan memasang kelambu," kata Ahmad kepada Tempo, Ahad, 2 September 2018.
Baca: Jokowi Meminta Perbaikan Rumah Korban Gempa Lombok Cepat Rampung
Ahmad menyebutkan kelambu-kelambu itu diprioritaskan bagi penduduk yang dinyatakan positif malaria dan yang rentan mengidap penyakit, seperti anak-anak dan orang tua. Menurut dia, jumlah kelambu yang telah disebar saat ini masih kurang untuk mencegah peningkatan penduduk yang terserang malaria. Untuk itu, pengasapan dan fogging guna memberantas nyamuk dewasa juga dilakukan di tempat pengungsian. Kementerian juga intens memberikan promosi kesehatan untuk mencegah penyebaran penyakit. "Kami ajarkan untuk cuci tangan sebelum makan. Kami juga awasi makanan di dapur umum," ujarnya.
Rentetan gempa yang menggoyang Lombok sejak awal Agustus lalu telah merusak lebih dari 83 ribu rumah. Lebih dari 396 ribu penduduk terpaksa mengungsi lantaran rumahnya roboh atau tak memungkinkan untuk ditinggali. Kondisi pengungsian yang kurang bersih menjadi tempat potensi suburnya perkembangbiakan nyamuk anofeles, penyebar penyakit malaria.
Baca: Jokowi Bagikan Bantuan Rp 264 M untuk 5.293 Rumah Rusak di Lombok
Hingga Ahad, 2 September, Dinas Kesehatan Lombok Barat menemukan 44 orang positif menderita malaria. Sebanyak 32 kasus ditemukan di Desa Bukit Tinggi dan 12 kasus di Desa Mekar Sari. "Masyarakat yang positif malaria langsung diberikan obat antimalaria," kata Ahmad. Menurut dia, peningkatan penduduk yang terserang penyakit malaria di kondisi bencana sudah pasti terjadi, mengingat Lombok sejak semula merupakan wilayah endemik malaria.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Rahman Sahnan Putra mengatakan kiriman kelambu ke daerahnya masih kurang. Menurut dia, BNPB perlu cepat merespons laporan dan memperbarui data tentang kondisi pascagempa. "Kelambu itu kami yang butuh, tapi malah dikirim ke Lombok Utara dan Lombok Timur. Belum lagi soal update data rumah rusak yang terverifikasi, tidak cepat meng-update data," keluh Fauzan. Ia juga menyarankan kegiatan bersih-bersih sarang nyamuk.
Baca: Kunjungi Lokasi Gempa Lombok, Jokowi Pimpin Apel Siaga NTB
Selain malaria, infeksi saluran pernapasan, diare, dan penyakit kulit sudah menjalari para pengungsi gempa Lombok. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB menyebutkan lebih dari 100 orang mengalami diare. Menurut Kepala BPBD NTB Muhammad Rum, penyakit diare muncul karena para pengungsi tidak mencuci tangan akibat kurangnya air bersih di lokasi pengungsian. Selain itu, banyaknya sampah yang berserakan di sekitar pengungsian menjadi salah satu penyebab. Secara keseluruhan, ada 1.500 korban gempa yang telah menjadi pasien posko kesehatan. "Di setiap posko tersedia tenaga medis dengan satu dokter, dua perawat, dan tiga bidan," kata Rum.
Kondisi korban gempa Lombok yang masih memprihatinkan membuat Presiden Joko Widodo tergerak untuk mengunjungi Lombok sekali lagi, kemarin. Pada kunjungan keduanya itu, Jokowi mengunjungi para pengungsi dan meninjau posko pengungsian serta pembangunan puskesmas darurat yang ada di Kecamatan Pemenang. Jokowi juga menyerahkan bantuan berupa buku tabungan yang berisi dana dari pemerintah bagi para korban gempa untuk merenovasi tempat tinggal mereka.
AKHYAR M. NUR | SUPRIYANTHO KHAFID | FRISKI RIANA