TEMPO Interaktif, Jakarta:Pura Mangkunegaran Solo menggelar peringatan 250 tahun berdirinya kerajaan Mangkunegaran. Rangkaian peringatan yang didirikan Pangeran Sambernyawa itu akan berlangsung hingga Agustus mendatang. Sabtu (24/2) malam, rangkaian peringatan itu diawali dengan tasyakuran dan wilujengan di Pendapa Pura Mangkunegaran yang kondisinya tengah mengenaskan.Penguasa Pura saat ini, KGPAA Mangkunagoro IX dalam pidatonya meminta agar perjuangan dan ajaran Pangeran Sambernya dilestarikan dengan melaksanakan ajaran-ajarannya. Salah satunyanya dalah menjaga keseimbangan, kerukunan, dan kebersamaan di antara pemimpin dengan rakyat. "Hanya dengan demikian kita dapat hidup tentram," ujarnya.Mangkunegaran merupakan kerajaan kecil atau kadipaten yang berdiri setelah perlawanan panjang Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa terhadap raja Kasunanan Surakarta yang dianggapnya sebagai boneka dari kolonial Belanda. RM Said bersedia menghentikan perlawanannya secara fisik setelah diadakan Perjanjian Salatiga yang memecah wilayah Kasunan.Menurut Sejarawan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Sudarmono, meski hanya kerajaan kecil namun secara politik ekonomi, Mangkunegaran lebih mandiri. Pada masanya, Mangkunegaran memiliki sumber-sumber pendapatan yang modern, karena tidak lagi bersandar pada system lungguh. "Mangkunegaran mendirikan dua pabrik gula sendiri untuk menghidupi kerajaan," kata dia.Menurut Penanggung Jawab Peringatan 250 Tahun Mangkunegaran Wikan Basworo ada sejumlah kegiatan yang akan digelar mulai dari pertunjukan fragmen perjanjian pengakuan kedaulatan oleh Belanda di Kalicacing, Salatiga hingga dengan napak tilas yang bertujuan mengenang kisah perjuangan RM Said saat bergerilya melawan Belanda. Imron Rosyid