Soal Pengosongan Lahan Bandara Kulon Progo, Ini Kata Sultan
Reporter
Editor
Kamis, 14 September 2017 04:31 WIB
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X menyampaikan sambutan pada pembukaan Simposium Fishcrime kedua di Gedung Kesenian, Komplek Gedung Agung, Yogyakarta, 10 Oktober 2016. Ini merupakan penyelenggaraan tahun kedua Simposium Fishcrime setelah sebelumnya diselenggarakan di Capetown, Afrika Selatan. TEMPO/Pius Erlangga
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono ke X, mengatakan sudah mendengar ada permintaan penundaan pengosongan lahan Kulon Progo terkait pembangunan bandara internasional di sana. Ia berujar hal itu menjadi urusan Angkasa Pura I selaku operator.
"Kan pelaksana teknisnya Angkasa Pura," ujar Sri Sultan mencoba mengelak ketika ditanyai wartawan setelah bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 13 September 2017.
Rencana pengosongan lahan di Kulon Progo untuk Bandara Internasional Yogyakarta akan dilakukan pada 22 September nanti. Tujuannya, untuk memastikan pembangunan bandara, terutama landasan pacunya, selesai sesuai jadwal.
Namun warga di sana mengajukan permintaan agar pengosongan ditunda. Mereka menyampaikan hal itu setelah diberi tahu soal rencana pengosongan. Ada dua alasan yang diajukan warga. Pertama, para warga yang berada di lokasi pengosongan yaitu Desa Glagah, Palihan, Sindutan, Jangkaran, dan Kebonrejo beralasan rumah baru yang mereka bangun di daerah lain belum rampung.
Alasan kedua, mereka mengatakan bahwa akhir September bukan waktu yang baik untuk pindahan. Mereka mengaitkan bahwa akhir September merupakan penanda masuknya bulan Suro di mana menurut keperycaan Jawa tidak baik untuk memulai hidup baru. Walhasil, warga meminta penundaan selama sebulan.
Angkasa Pura 1, dalam berbagai kesempatan, sudah menolak permintaan penundaan tersebut. Namun warga mengadu kepada pemerintah daerah, meminta agar pengosongan ditunda sampai sebulan.
Terkait permintaan warga, Sultan mengaku sulit memenuhi keinginan mereka. Sebab, Angkasa Pura telah mengatur teknis pembangunan. Yang akan dibangun pertama kali adalah landasan pacu yang berada di lokasi tempat tinggal warga di lima desa tersebut.
Meski demikian, Sultan menyatakan akan ada mediasi antara warga dan Angkasa Pura. Hingga berita ini ditulis, belum diketahui kapan mediasi akan digelar. "Pasti akan ada mediasi," ujarnya menegaskan.
Ditanyai soal kepercayaan warga terhadap bulan Suro, Sultan HB X mengungkapkan di Yogyakarta memang ada keyakinan itu. "Tetapi terserah Angkasa Pura I sendiri. Itu kan wewenangnya Angkasa Pura," ujarnya.