Pilih Meikarta atau Jakarta?
Jumat, 1 September 2017 23:30 WIB
INFO NASIONAL - Di masa mendatang, wajah Jakarta tampaknya bakal makin ruwet. Studi Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 2000 menyebutkan bahwa Jakarta terancam menjadi kota gagal akibat kemacetan sangat parah pada 2014.
Meski tidak sepenuhnya terbukti, prediksi JICA tidak mengada-ada. Buktinya, pengamatan oleh produsen GPS, TomTom, pada jam-jam padat menemukan bahwa Jakarta tahun ini telah menjadi kota dengan kemacetan terparah keempat di dunia setelah Bangkok, Mexico City, dan Bucharest.
Kemacetan yang hebat ini tentu saja membuat mobilitas orang Jakarta jadi terhambat, sehingga produktivitas mereka rendah. Sementara itu, akibat tingkat stress yang terus meningkat, warga Jakarta makin gampang kehilangan akal dan gampang marah. Kini jutaan warga Jakarta harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk pulang-pergi dari dan ke tempat kerja. Itu pun masih harus menghadapi siksaan oleh sarana angkutan umum yang tidak nyaman dan tidak aman. Mereka juga harus selalu waspada pada ulah penjahat dan rawan kriminalitas.
Tidak bisa dimungkiri, Jakarta menjadi salah satu kota yang tidak memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki. Akibatnya, penduduk di kota ini lebih senang menggunakan kendaraan umum atau pribadi dalam aktivitas sehari-harinya ketimbang jalan kaki. Sebuah studi terbaru oleh para periset di Stanford University, sebagaimana dikutip The New York Times, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat dunia, masuk daftar terakhir di antara 46 negara dan wilayah yang warganya enggan berjalan kaki, rata-rata hanya 3.513 langkah per hari.
Agaknya sedikit sulit memaksa warganya jalan kaki karena okupasi pedangang kaki lima di trotoar dan tak banyak fasum dan fasos yang tersedia. Kekurangan ini membuat ketegangan sosial sulit diredakan karena kelangkaan ruang yang sehat untuk bersoalisasi, olahraga, belajar, berkesenian dan berbagai aktifitas kreatif lainnya. Akibatnya, banyak ketegangan berubah menjadi kekerasan, baik yang bersifat pribadi maupun massal.
Untuk itu memang diperlukan sebuah kota baru yang tentunya tidak sekadar menyediakan tempat hunian, tapi menyiapkan segala fasilitas yang memadai. Kota baru Meikarta di Cikarang Jawa Barat. Meikarta lokasinya sangat strategis karena terletak di jantung koridor Jakarta-Bandung. Tepatnya di antara enam kawasan industri dan akan didukung sejumlah fasilitas, seperti kereta cepat Jakarta-Bandung, LRT, serta monorel. Meikarta juga dekat dengan bandara serta pelabuhan internasional baru.
Fasilitas jalan dibangun sedemikian rupa dimana setiap jalan dibuat terpisah antara jalan untuk pejalan kaki dan kendaraan. Ini memudahkan untuk mengatur lalu lintas dan aman bagi pejalan kaki karena tidak terganggu oleh penyerobot trotoar. Lalu gedung bangunan yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh sky bridge untuk memudahkan orang-orang bermobilitas.
Disiapkan juga transportasi internal, yaitu APM (Automated People Mover) atau monorel yang dapat menghubungkan semua bagian titik di Meikarta. Sehingga bagi penghuni yang tinggal di sana bisa dengan mudah mencapai berbagai pusat kegiatan. Nilai lebih lainnya sebuah kota adalah lebar jalan. Di Meikarta lebar jalan memiliki ROW 6 lane (30 meter), 8 lane (48 meter) dan 10 lane (60 meter). Ini tentunya akan memudahlan pergerakan penghuni, karena tidak mengalami hambatan dalam melakukan kegiatan.
Di Meikarta juga tersedia Central Park seluas 100 hektare yang dilengkapi dengan danau buatan seluas 25 hektare dan hutan kota yang akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Maka tidak salah bila banyak orang menjatuhkan pilihan ke Meikarta yang disebut-sebut 'Jakarta Baru' di daerah Cikarang yang menawarkan sejumlah kemudahan dan fasilitas baik untuk calon penghuni maupun investor.