Arkeolog: Menumbuhkan Toleransi dengan Belajar Sejarah

Reporter

Kamis, 17 Agustus 2017 13:15 WIB

Seorang pengunjung mengabadikan gambar keluarganya bersama peserta yang berpakaian tentara nasional warna emas dalam acara festival JFMD 2013 di Taman Fatahillah, Jakarta (18/5). Acara tersebut diselanggarakan dalam rangka memeriahkan Hari Museum Internasional 2013. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Palembang - Banyaknya hujatan dan penyebaran kebencian di dunia maya akibat perbedaan pilihan politik dan perbedaan pemahaman agama sekarang ini, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo menganjurkan untuk belajar toleransi dari sejarah masa lalu.


Ia menceritakan, pada Era Kedatuan Sriwijaya yang beragama Budha, semua pemeluk agama bisa berdampingan walau beda kepercayaan. Hal itu bisa dibuktikan dari Arca Boddhisattwa Awalokiteswara yang dibuat oleh seorang Pendeta Hindu yang dihadiahkan untuk Umat Budha.

Baca juga:
Obama Puji Toleransi Indonesia, Anies Apresiasi Pidato Obama

“Menariknya di belakang Arca itu terdapat pahatan Aksara Jawa Kuno yang berbunyi ‘Dan Acaryya Syuta’, nama Pendeta Hindu itu,” ujar arkeolog yang sering dipanggil Tomi, seusai Kegiatan Sosialisasi Rumah Peradapan Sriwijaya di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Karanganyar, Palembang, Rabu 16 Agustus 2017.

Tomi juga menjelaskan, bukti toleransi tak berenti sampai disitu. Namun terus berlanjut ketika Maharaja dari Kerajaan Sriwijaya mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berkuasa tahun 717-720 Masehi di Kekhalifahan Umayyah. Isi surat itu adalah pesan adanya kiriman dari Sriwijaya sebagai tanda persahabatan. “Juga permintaan pengiriman mubalig untuk mengajarkan islam dan menjelaskan hukum-hukum padanya,” lanjutnya.

Baca pula:
Toleransi Umat Beragama di Bali, Sejarawan: Buleleng Barometernya


Namun masalah maharaja akhirnya memeluk islam atau tidak, menurut Tomi, belum ada petunjuk temuan-temuan yang menerangkannya.


Surat dari Maharaja Sriwijaya kepada Kholifah Umar bin Abdul Aziz itu berdasarkan Naskah Fatimi yang diterbitkan oleh Islamic Research Institute, International Islamic University di Islamabad, 1963.


Beberapa penemuan arkeologis yang mengambarkan Kerajaan Sriwijaya sangat toleransi dengan ditemukannya kapal Sriwijaya yang tenggelam di perairan Cirebon, di dalamnya ditemukan artefak seperti barang kaca dari Persia, tiontin yang berisi Asmaul Husna dengan ukuran setengah mili, “Ada emas dan barang kaca dari tiongkok,” katanya.


Advertising
Advertising

Tomi yang juga tercatat sebagai Arkeolog alumnus Universitas Indonesia ini berharap pemuda bisa menahan diri atas perbedaan-perbedaan yang ada dan selalu belajar dari sejarah. “Selain Sriwijaya, Kerajaan Majapahit juga mengajarkan toleransi,” katanya. Toleransi adalah kunci menjadi Indonesia yang penuh dengan keberagaman dari kebudayaan, suku dan bahasa ini.


AHMAD SUPARDI



Berita terkait

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

5 jam lalu

Pemerintah Merasa Toleransi dan Kebebasan Beragama di Indonesia Berjalan Baik

Kemenkumham mengklaim Indonesia telah menerapkan toleransi dan kebebasan beragama dengan baik.

Baca Selengkapnya

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

33 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.

Baca Selengkapnya

Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

35 hari lalu

Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

Hingga 10 Maret, LRT Palembang telah mengangkut 740.041 penumpang.

Baca Selengkapnya

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

49 hari lalu

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.

Baca Selengkapnya

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

4 Januari 2024

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

Dari Gedung Ledeng hingga kantor dagang Belanda Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang dinilai layak dijadikan cagar budaya.

Baca Selengkapnya

Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

29 Desember 2023

Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

Libur sekolah kali ini, anak-anak di Palembang meramaikan wahana permainan di OPI Mall hingga kawasan Sungai Musi.

Baca Selengkapnya

Liburan di Boekit Gandus Palembang, Kemping Dahulu sebelum Trekking dan Hiking

16 Desember 2023

Liburan di Boekit Gandus Palembang, Kemping Dahulu sebelum Trekking dan Hiking

Boekit Gandus menjadi tujuan para pehobi kemping, trekking-hiking, hingga mancing di Kota Palembang.

Baca Selengkapnya

Fenomena Hujan Es di Kota Palembang, Ini Kata BMKG

18 November 2023

Fenomena Hujan Es di Kota Palembang, Ini Kata BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan mengungkapkan fenomena hujan es di Kota Palembang akibat musim pancaroba.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.

Baca Selengkapnya

Indeks Pencemaran Udara Berbahaya, Kota Palembang Disemprot Ekoenzim

30 Oktober 2023

Indeks Pencemaran Udara Berbahaya, Kota Palembang Disemprot Ekoenzim

Penyemprotan sebagai respons terhadap tingginya tingkat pencemaran udara di Kota Palembang, yang mencapai angka 310 pada ISPU.

Baca Selengkapnya