4 Alasan IPW Tak Setuju Jokowi Bentuk Tim Kasus Novel Baswedan

Reporter

Selasa, 1 Agustus 2017 06:55 WIB

Ketua Presidium Indonesia police Watch, Neta S. Pane. TEMPO/ Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta -Indonesian Police Watch (IPW) tak setuju dengan rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi membentuk tim independen untuk mengusut kasus teror penyiraman air keras kepada penyidik KPK, Novel Baswedan. “Ada empat alasan kenapa tidak perlu dibentuk Tim Pencari Fakta Independen,” kata Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane secara tertulis pada Senin, 31 Juli 2017.

Neta menjelaskan alasannya tak setuju pembentukan tim independen. Padahal Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian telah membuka kemungkinan menggandeng sejumlah lembaga untuk mengusut kasus teror tersebut. Tito mengatakan akan membuat tim gabungan bersama KPK.

Baca juga:
Eksklusif Video Penyerangan Novel, Gerak-gerik Pria Pencari Gamis

Alasan pertama menurut Neta yakni karena kasus ini baru beberapa bulan ditangani polisi, sehingga perlu waktu untuk mengungkapkannya. Kata dia, KPK saja pun perlu waktu panjang untuk mengungkap sebuah kasus korupsi. “Dalam kasus dugaan korupsi di Pelindo II misalnya, sudah lebih dari setahun tidak ada tanda-tanda dituntaskan KPK,” ucap dia.

Menurut dia, publik tetap memberikan kesempatan kepada KPK untuk menuntaskan kasus korupsi Pelindo II. Publik juga tidak menuntut dibentuknya Tim Pencari Fakta Independen.

Baca pula:
Kabareskrim: Kasus Novel Baswedan Lebih Sulit Diungkap daripada..

Kedua, kata dia, tim KPK selama ini juga sudah bergabung dengan polisi untuk menuntaskan kasus Novel. Ketiga, kepolisian sudah menambah kekuatan personil intinya untuk menuntaskan kasus Novel. “Selain dari Polda Metro Jaya ikut bergabung juga dari polres dan Mabes Polri.”

Keempat, analisis dia, progres penanganan kasus Novel juga cukup signifikan. Sudah ada beberapa hal signifikan menurutnya. Di antaranya sekitar 50 saksi telah diperiksa, 5 orang yang dicurigai sempat diamankan, sejumlah rekaman closed-circuit television (CCTV) radius 1 km juga sudah diambil. Termasuk membuat sketsa orang yang dicurigai sebagai pelaku teror.

Silakan baca:
Kasus Novel Baswedan, Tito Karnavian: Sketsa dari Saksi Penting

Neta membela kepolisian telah cukup serius menuntaskan kasus ini. Menurut dia, polisi perlu lebih aktif lagi mengkomunikasikan progres penanganan kasus ini agar publik melihat bahwa Polri sudah bekerja serius. “Selain itu Novel perlu juga bersikap aktif membantu penyidik polisi untuk mengungkap kasus ini,” tutur dia.

Menurut organisasi pengawas kepolisian itu, semua pihak memang perlu membantu polisi dan KPK agar kasus Novel terungkap tuntas. IPW juga mengapresiasi Presiden Joko Widodo karena telah memanggil Tito untuk membahas masalah Novel. Dia berharap itu adalah pertanda kasus dapat cepat terbongkar.

Bagi IPW, kasus Novel tidak mudah untuk dipecahkan. Sebab tidak ada saksi dan alat bukti yang komprehensif untuk mengungkap pelaku. Sehingga perlu waktu yang panjang untuk mengungkap kasus ini. “Dalam dunia kejahatan yang bermodus hit and run memang tidak mudah untuk mengungkap dan menangkap pelakunya.”

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Jenderal Tito Karnavian sudah melaporkan perkembangan kasus Novel Baswedan ke Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Usai bertemu, Kapolri mengatakan Presiden Jokowi meminta agar kasus penyerangan terhadap Novel bisa segera dituntaskan. "Kami sudah sampaikan langkah yang dilakukan, tapi terkadang ada kendala di lapangan," kata Tito di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 31 Juli 2017.

Salah satu kendala yang dihadapi ialah belum ditemukannya sidik jari di tempat kejadian perkara. Kapolri menjelaskan penyidik tidak bisa membaca sidik jari sebab barang bukti yang ditemukan dalam kondisi yang tidak ideal. "Saat menggunakan serbuk, disitu masih basah sehingga sidik jarinya jadi hilang dan serbuknya tidak bisa membaca sidik jarinya," ujar Tito Karnavian.

Pada 16 Juni lalu Kapolri sudah mengajak KPK untuk ikut bergabung bersama tim penyidik Polda. KPK bisa ikut membantu tim penyidik di lapangan maupun tim analisis. Hingga saat ini kepolisian masih menunggu konfirmasi dari KPK ihwal tawaran membentuk tim gabungan. "Kami terbuka untuk itu," katanya.

AVIT HIDAYAT | ADITYA BUDIMAN

Berita terkait

Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

7 hari lalu

Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

Novel Baswedan dkk melaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas dugaan pelanggaran kode etik karena telah melaporkan Anggota Dewas KPK Albertina Ho.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Khawatir Penanganan Kasus Firli Bahuri Lambat karena Unsur Politis

9 hari lalu

Novel Baswedan Khawatir Penanganan Kasus Firli Bahuri Lambat karena Unsur Politis

Novel Baswedan mengakhatirkan proses yang lama itu akibat munculnya unsur politis dalam menangani kasus Firli Bahuri yang memeras SYL.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

9 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya

7 Tahun Lalu Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ini Kronologi Teror yang Dihadapinya

21 hari lalu

7 Tahun Lalu Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ini Kronologi Teror yang Dihadapinya

Selasa subuh, 11 April 2017, tujuh tahun lalu eks penyidik senior KPK Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang tak dikenal. Begini kronologinya.

Baca Selengkapnya

Sikap Tokoh yang Surati Parpol untuk Dukung Hak Angket, dari Novel Baswedan hingga Suciwati

51 hari lalu

Sikap Tokoh yang Surati Parpol untuk Dukung Hak Angket, dari Novel Baswedan hingga Suciwati

Novel Baswedan mendukung hak angket karena tak ingin kecurangan dan praktik koruptif dalam pemilu dianggap lumrah atau dimaklumi.

Baca Selengkapnya

Kasus Korupsi di Internal KPK Terkuak, Novel Baswedan Khawatir KPK Hanya Jadi Bagian Masalah

51 hari lalu

Kasus Korupsi di Internal KPK Terkuak, Novel Baswedan Khawatir KPK Hanya Jadi Bagian Masalah

Eks penyidik KPK Novel Baswedan perlu kepemimpinan KPK yang berintegritas dan komitmen tinggi serta berkompeten untuk memberantas korupsi.

Baca Selengkapnya

Abraham Samad Turut Dukung Hak Angket DPR: Hukum Orang-orang yang Terlibat dalam Kecurangan Pemilu

52 hari lalu

Abraham Samad Turut Dukung Hak Angket DPR: Hukum Orang-orang yang Terlibat dalam Kecurangan Pemilu

Abraham Samad Ketua KPK 2011-2015 termasuk dari 50 tokoh yang menandatangani surat untuk ketua umum parpol agar gulirkan hak angket. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

50 Tokoh Surati Parpol Dukung Hak Angket Pemilu 2024, Begini Syarat Pengajuannya di DPR

52 hari lalu

50 Tokoh Surati Parpol Dukung Hak Angket Pemilu 2024, Begini Syarat Pengajuannya di DPR

Partai politik memiliki peran penting untuk merealisasikan hak angket dugaan kecurangan Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Alasan Novel Baswedan Ikut Dukung Surat Desak Parpol Gulirkan Hak Angket Pemilu 2024: Harus Diperiksa Tuntas

53 hari lalu

Alasan Novel Baswedan Ikut Dukung Surat Desak Parpol Gulirkan Hak Angket Pemilu 2024: Harus Diperiksa Tuntas

Eks penyidik KPK Novel Baswedan, satu dari 50 tokoh yang mengirimkan surat kepada partai politik untuk mendesak digulirkannya hak angket Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Korupsi di Internal KPK, Novel Baswedan ke Presiden: Jangan Hanya Diam Apalagi Justru Ikut Melemahkan

54 hari lalu

Korupsi di Internal KPK, Novel Baswedan ke Presiden: Jangan Hanya Diam Apalagi Justru Ikut Melemahkan

Eks Penyidik KPK Novel Baswedan, mengatakan banyaknya korupsi di KPK menggambarkan adanya upaya pelemahan terhadap lembaga antirasuah.

Baca Selengkapnya