Menteri Nasir Targetkan 15 Ribu Publikasi Ilmiah Internasional

Reporter

Jumat, 14 Juli 2017 18:58 WIB

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek), Muhammad Nasir. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Bandung - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir menargetkan sekitar 14-15 ribu publikasi ilmiah internasional pada 2017. Nasir bercita-cita ingin mengungguli jumlah karya riset kiriman dosen di Thailand yang pada 2016 mencapai sekitar 13 ribu publikasi.

“Di tengah tahun ini, publikasi ilmiah internasional Indonesia sudah 7.928, Thailand di bawah kita 7.321 publikasi,” kata Nasir dalam acara Anti-Radikalisme Perguruan Tinggi di Jawa Barat di Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran, Bandung, Jumat, 14 Juli 2017.

Baca juga: Menristekdikti: Kampus Berpotensi Disusupi Radikalisme, Sebab...

Menurut Nasir, Kementerian Riset punya tugas yang cukup luas. Tidak hanya menangkal masalah radikalisme, tapi juga bagaimana meningkatkan perguruan tinggi Indonesia mampu bersaing di kelas dunia. “Publikasi atau riset perguruan tinggi pada 2014 kita sangat memalukan di negara Asia Tenggara sendiri,” ucapnya.

Saat itu, jumlah publikasi akademisi kampus negeri dan swasta di tingkat internasional tercatat hanya 4.200 buah. Sedangkan Malaysia, kata Nasir, sudah 28 ribu, Singapura 18 ribu, dan Thailand lebih dari 9.500 publikasi ilmiah tingkat internasional.

“Pada 2015, kita ada peningkatan walau tidak signifikan menjadi 5.250 publikasi,” kata Nasir. Pada 2016, berdasarkan data basis Scopus, lembaga penghimpun karya ilmiah dunia, Indonesia menghasilkan 11.750 publikasi.

Dosen Geodesi di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Heri Andreas mengatakan pemerintah belum memiliki dana yang cukup bagi sebagian peneliti. Dengan plafon Rp 50-200 juta per peneliti, dananya cukup untuk riset teoretis.

Adapun untuk skala riset laboratorium dan pengambilan data di lapangan, tidak mencukupi. “Untuk transportasi saja Rp 50 juta, bisa langsung habis. Minimal US$ 100 ribu,” tuturnya. Karena itu, Heri tidak lagi mengajukan proposal dana riset ke pemerintah.

Sebagai gantinya, ia menjadikan hasil riset dari proyek penelitian untuk perusahaan swasta atau pemerintah sebagai laporan untuk publikasi ilmiah sesuai dengan persetujuan kedua pihak. Dana hasil proyek pun dipakai untuk publikasi ilmiah internasional. Setahun berkisar 3-4 publikasi. “Misalnya, total dapat hasil proyek riset Rp 500 juta, habis dipakai untuk biaya penelitian dan publikasi lagi,” katanya.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

7 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

47 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

47 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

47 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya