Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H. Laoly memberikan pengarahan kepada kalapas se-Jawa Timur di aula serbaguna Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas 1 Malang, Jawa Timur 5 Juni 2017. Selain memberikan pengarahan kepada Kalapas se-Jawa Timur, kedatangan Yasona ke Lapas klas 1 Malang tersebut sekaligus untuk meresmikan pondok pesantren At-Taubah. Foto: Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly meminta jajaran pegawai lembaga pemasyarakatan memperkuat pengawasan menjelang hari raya Idul Fitri 2017. Menurut dia, keinginan para tahanan untuk kabur akan meningkat.
“Kita minta seluruh jajaran sigap soal kemungkinan pelarian napi. Biasanya dekat-dekat (Lebaran) begini kriminalitas tinggi, di dalam yang mau keluar juga banyak,” ujar Yasonna saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu, 21 Juni 2017.
Menurut Yasonna, salah satu alasan kuat kaburnya tahanan adalah keinginan bertemu dengan keluarga. “Ada yang sekadar ingin jumpa anak-anaknya. Ada kerinduan itu, ini kan bulan suci Ramadan.”
Salah satu kasus terkait yang diungkit Yasonna adalah kaburnya empat narapidana berkewarganegaraan asing dari Lapas Kerobokan, Bali.
Selain memastikan pihaknya terus memburu para napi yang kabur melalui lubang bawah tanah itu, Yasonna membahas kelayakan fungsi Lapas Kerobokan. “Sudah tidak benar itu, tapi kan tidak mudah memindahkan (napi). Kami dalam kajian.”
Dia sempat mengusulkan pembahasan lapas ke dalam rapat terbatas Kabinet Kerja. Unsur yang disorot adalah pemindahan warga binaan dari lapas-lapas yang sudah mencapai batas.
Hal itu sejalan dengan usulan membangun lapas baru untuk mengurangi isi Lapas Kerobokan. Rencana itu, kata Yasonna, terbentur persoalan dana dan ketersediaan tanah. “Memangnya mudah cari tanah di Bali? Mahalnya bukan main,” tutur Yasonna Laoly