Tagana Jabar Harus Mantapkan Kesiapsiagaan
Kamis, 25 Mei 2017 13:34 WIB
INFO JABAR – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengingatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bencana harus dilakukan secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. Mulai dari tahap pra-bencana, pada saat terjadi bencana, sampai dengan paska -bencana, sehingga dampak resiko bencana dapat diminimalisir.
"Kesiapsiagaan terkait sumber daya dan peralatan menjadi sebuah keniscayaan, agar kita dapat memberikan respon secara cepat dan tepat terhadap bencana yang terjadi, terutama pada masa tanggap darurat atau 72 jam pertama pasca bencana,” kata Deddy pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun Ke-13 (Taruna Siaga Bencana) Tagana Jawa Barat Tahun 2017, di Detasemen Kavaleri Berkuda, Kabupaten Bandung Barat, Rabu, 24 Mei 2017.
Menurut Deddy, kesiapsiagaan itu meliputi pendataan secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan kepada kelompok rentan, serta upaya pemulihan prasarana dan sarana vital.
Berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, sejak bulan Januari sampai dengan April 2017, tercatat bahwa Jawa Barat telah mengalami 333 kali bencana, yaitu bencana tanah longsor sebanyak 136 kali, banjir 67 kali, angin puting beliung 58 kali, kebakaran 68 kali, gempa bumi 3 kali, dan gelombang pasang sebanyak 1 kali.
Kejadian bencana tersebut menelan korban jiwa sebanyak 11 orang, 4 orang hilang atau belum ditemukan, 38.820 orang luka, dan mengungsi sebanyak 1.268 orang. “Sedangkan kerusakan fisik berupa rumah, mulai dari kerusakan ringan hingga berat jumlahnya sebanyak 7.995 rumah, dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp 18 miliar," kata Deddy.
Mengingat terjadinya bencana yang disebabkan oleh faktor alam ataupun faktor non-alam merupakan peristiwa yang sulit untuk diperkirakan secara tepat dan pasti, lanjut Deddy, maka kewaspadaan serta kesiapsiagaan terhadap segala kemungkinan bencana perlu ditingkatkan.
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Harry Hikmat yakin TAGANA Provinsi Jawa Barat dapat mengemban amanah ketika Jawa Barat terjadi bencana, satu jam siap berada di tempat, dan selalu berupaya sekeras mungkin, sekuat tenaga melakukan berbagai upaya pertolongan bantuan, dan perlindungan bagi para korban yang terkena bencana alam, maupun bencana sosial.
Menurut dia, dari data nasional, ada 323 kabupaten/kota yang termasuk rawan bencana, dan sebagian di antaranya ada di Provinsi Jawa Barat. Potensi bencana mulai dari banjir, longsor, pergerakan tanah, seperti terjadi di Garut, Sumedang, Tasik, dan beberapa tempat lain.
“Dan kami melihat secara nyata Tagana hadir berjibaku mendedikasikan dirinya dan melakukan berbagai upaya pertolongan secara militan tanpa kenal lelah, ini wujud dari kedewasaan Tagana, menginjak usia yang ke -13 tahun," katanya.
Harry mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat atas dukungan dan komitmen untuk memastikan bahwa Tagana selalu siap di tempat, baik pada saat upaya pencegahan, penanganan, maupun paska bencana. Kementerian Sosial membuka ruang selebar-lebarnya untuk seluruh elemen masyarakat untuk menjadi sahabat Tagana.
Harry mengatakan, salah satu instrumen penting dalam penanggulangan bencana yaitu terbentuknya Kampung Siaga Bencana. Ini merupakan wadah masyarakat, yang team leadernya adalah Tagana yang terlatih, untuk memastikan ketika terjadi bencana, masyarakat tahu bagaimana menolong diri sendiri, melakukan evakuasi, melakukan berbagai upaya agar dapat mengelola kebutuhan dasar seperti mengelola dapur lapangan dan perlindungan kelompok rentan.
Apel siaga diikuti 1.350 orang dari unsur Tagaga tingkat Provinsi Jawa Barat dan 150 orang perwakilan dari Kampung Siaga Bencana. Pada kesempatan itu, Kementerian Sosial memberikan 1 unit mobil dapur umum lapangan untuk Kabupaten Karawang, penyerahan insentif tali kasih bagi seluruh Tagana Provinsi Jawa Barat selama satu tahun senilai Rp 4,08 miliar.(*)