Blok tahanan dan napi di Lapas Kelas I Madiun. TEMPO/Ishomuddin
TEMPO.CO, Madiun – Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I Madiun, Jawa Timur memperketat pengamanan kepada para narapidana (napi) maupun tahanan sejak Jumat malam, 5 Mei 2017.
Selain melibatkan sipir, upaya mengantisipasi kaburnya warga binaan seperti yang terjadi di Rumah Tahanan Kelas II-B Kota Pekanbaru Sialang Bungkuk itu juga melibatkan pihak eksternal. “Personel dari Kepolisian Resor Madiun Kota ikut mengantisipasi,” kata Pelaksana Harian LP Kelas I Madiun, Herman Sawiran, Senin, 8 Mei 2017.
Polisi, kata dia, secara intens melakukan pemantauan di luar bangunan penjara ketika malam hari. Sebagian di antara mereka dengan jumlah rata-rata delapan personel mengendarai sepeda motor patroli.
“Kalau sebelumnya hanya sekitar empat personel, sejak peristiwa di Pekanbaru ada juga polisi yang berpatroli ke sini dengan menggunakan mobil,’’ ujar Herman.
Adapun upaya pengamanan yang dilakukan pihak LP, ucap dia, dengan memantau para warga binaan. Jumlah petugas yang diterjunkan sebanyak 13 orang. Mereka ditugaskan melakukan pendekatan secara persuasif kepada para napi maupun tahanan. Apabila muncul tanda-tanda kerusuhan yang salah satunya memicu napi kabur dapat ditanggulangi lebih dini.
Menurut Herman antisipas sejak dini dilakukan karena potensi narapidana kabur dari LP cukup tinggi. Sebab, warga binaan yang ditampung mencapai 1.024 orang. Jumlah itu melebihi kapasitas yang semestinya, yakni sebanyak 535 orang. “Warga binaan di sini over kapasitas dan sangat mungkin memicu kaburnya narapidana,’’ kata dia.
Kepala Satuan Pengamanan LP Kelas I Madiun Tjahja Rediantana mengatakan jumlah warga binaan yang melebihi kapasitas dapat menimbulkan gejolak psikologis mereka. Apalagi ditambah dengan terganggunya fasilitas di dalam LP seperti masalah air. “Kalau di sini kelebihan waga binaan iya, tapi fasilitas tetap terpenuhi dengan baik,’’ ujar dia.
Untuk menghindari kaburnya narapidana, Tjahja menuturkan, sipir rutin melakukan kontrol keliling di dalam LP. Ada beberapa titik, kata dia, yang dinilai rawan seperti kamar mandi dijadikan jalan kabur para warga binaan. “Kami memaksimalkan pengawasannya,’’ ucap dia.