Kisruh Pabrik Semen Rembang, Komnas Perempuan: Tunggu Kajian KLHS  

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Rabu, 22 Maret 2017 16:38 WIB

Para peserta aksi membantu petani Pegunungan Kendeng yang terpasung kakinya dengan semen untuk naik mobil usai menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta, 14 Maret 2017. Aksi tersebut merupakan aksi kedua akan berlangsung sampai tuntutan mereka dikabulkan. TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan Azriana meminta Pemerintah Kabupaten Rembang, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan PT Semen Indonesia menunggu kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) soal polemik pembangunan pabrik semen.

Kajian ini berdasarkan kesepakatan dalam pertemuan antara Kepala Staf Presiden Teten Masduki dan warga Kendeng yang melakukan aksi mengecor kaki.

Tuntutan petani Kendeng pun masuk rekomendasi dengan menargetkan KLHS soal pabrik semen di Rembang selesai akhir Maret 2017.

Baca: Patmi, Peserta Aksi Dipasung Semen, Sempat Mengeluh Sakit di Dada


“KLHS harus dilakukan secara independen, transparan, dan melibatkan warga, khususnya perempuan,” ucap Azriana melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 22 Maret 2017.

Ia pun meminta PT Semen Indonesia (Tbk) menahan diri dengan tidak melakukan tindakan berdasarkan izin baru Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 660.1/6 Tahun 2017 beserta izin usaha pertambangannya. Komnas Perempuan, ujar dia, meminta semua pihak mencegah konflik horisontal terkait dengan polemik pendirian pabrik semen.

Para petani Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, menggelar unjuk rasa di depan Istana Negara untuk menolak pembangunan pabrik semen di daerah mereka. Aksi protes mereka lakukan dengan memasung kaki menggunakan semen. Salah satu pesertanya adalah Patmi. Perempuan 48 tahun itu meninggal setelah beberapa jam ikut menyemen kaki pada Senin lalu.

Azriana mengapresiasi kegigihan warga Kendeng serta Masyarakat Peduli Kendeng dalam mempertahankan hak dan merawat ekosistem dengan langkah-langkah damai serta konstitusional. Menurut dia, aksi ini taat pada proses hukum dalam memperjuangkan haknya atas kelestarian lingkungan dan keberlanjutan kehidupan.

ARKHELAUS W.




Berita terkait

Nimas Sabella 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi, Komnas Perempuan: Termasuk KGBO

1 hari lalu

Nimas Sabella 10 Tahun Diteror Teman SMP yang Terobsesi, Komnas Perempuan: Termasuk KGBO

Nimas Sabella, wanita asal Surabaya, selama 10 tahun diteror pria yang terobsesi dengannya. Kisahnya viral di media sosial

Baca Selengkapnya

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

6 hari lalu

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

Walhi mengkritik rencana pemberian izin usaha pertambangan kepada ormas keagamaan bisa picu kerusakan lingkungan lebih berat

Baca Selengkapnya

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

12 hari lalu

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

Pemberintah Belanda mengaku ingin melihat langsung kondisi di IKN sebelum mereka berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

24 hari lalu

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan aktivis pro demokrasi, Tumbu Saraswati, wafat di ICU RS Fatmawati Jakarta pada Kamis

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

44 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Beredar Video Seorang Suami Diduga Sekap Istri di Kandang Sapi, Komnas Perempuan Bilang Begini

59 hari lalu

Beredar Video Seorang Suami Diduga Sekap Istri di Kandang Sapi, Komnas Perempuan Bilang Begini

Beredar video yang memperlihatkan seorang istri diduga disekap di kandang sapi oleh suaminya di Jember, Jawa Timur. Komnas Perempuan buka suara.

Baca Selengkapnya

Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

8 Maret 2024

Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

Amanda Manthovani, pengacara 2 korban kekerasan seksual diduga oleh Rektor Universitas Pancasila nonaktif mengaku tak ada perlindungan dari kampus.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

4 Maret 2024

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Komnas Perempuan Minta Polisi Patuhi UU TPKS Saat Usut Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila

3 Maret 2024

Komnas Perempuan Minta Polisi Patuhi UU TPKS Saat Usut Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila

Komnas Perempuan mendorong polisi mematuhi UU TPKS dalam mengusut perkara dugaan kekerasan seksual oleh Rektor Universitas Pancasila.

Baca Selengkapnya

Dugaan Kekerasan Seksual di Universitas Pancasila , Komnas Perempuan Minta Rektor Tak Laporkan Balik Korban

3 Maret 2024

Dugaan Kekerasan Seksual di Universitas Pancasila , Komnas Perempuan Minta Rektor Tak Laporkan Balik Korban

Komnas Perempuan meminta Rektor Universitas Pancasila tidak melaporkan balik korban dugaan kekerasan seksual.

Baca Selengkapnya