Pemandagan gugusan bukit kars Pianemo, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, 19 November 2016. Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang dinamakan, Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta. TEMPO/Hariandi Hafid
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Perairan Pasifik Universitas Indonesia Ricardo F. Tapilatu mengatakan kapal Caledonian Sky yang menabrak terumbu karang di Raja Ampat menimbulkan kerusakan terhadap kekayaan alam tersebut seluas 13.533 meter persegi.
Ricardo menjelaskan, terdapat sedikitnya delapan genus karang yang rusak dan patah berkeping akibat kejadian itu. Ratusan ikan yang biasanya mengelilingi lokasi tersebut pun hilang. “Pemulihannya memakan waktu minimal 10 tahun,” katanya, Selasa, 14 Maret 2017.
Insiden itu terjadi pada Sabtu, 4 Maret 2017, ketika Caledonian Sky menabrak karang saat air laut surut. Kapal pesiar milik operator tur Noble Caledonia itu kandas setelah menyelesaikan perjalanan wisata mengamati keanekaragaman burung serta pementasan seni pukul 12.41 WIT. Kapal yang dinakhodai Kapten Keith Michael Taylor ini kandas dalam perjalanan menuju Bitung, Sulawesi Utara.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanudin mengatakan pendalaman kronologi kejadian perlu dilakukan. Hal ini untuk mengetahui siapa yang melanggar standard operating procedure (SOP). “Apakah SOP evakuasi mereka (kapal Caledonian Sky) atau SOP petugas Indonesia,” katanya.
Safri mengatakan insiden kapal karam pernah terjadi. Saat itu, kapal yang bernasib buruk adalah kapal pinisi yang terbawa arus deras hingga terdampar di perairan dangkal. Proses evakuasi yang dilakukan terhadap kapal itu adalah dengan menariknya dan menunggu air laut sedang pasang. “Jadi tidak langsung dievakuasi tanpa memperhitungkan kondisi alam,” ujarnya.
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Karliansyah mengatakan timnya masih di lapangan untuk memastikan kerusakannya. “Kami ingin memastikan nilai kerugian yang diakibatkan kapal itu,” katanya. Nilai kerugian mungkin tidak hanya terkait karang yang rusak, tapi juga ekosistem yang rusak, serta kemungkinan hilangnya mata pencarian penduduk setempat.