Gegana Brimob Polda Jawa Barat berusaha memasuki area kantor Kelurahan Arjuna, guna menangkap terduga teroris di Bandung, Jawa Barat, 27 Februari 2017. Sebelumnya berada di dalam kantor Kelurahan, pelaku sempat meledakan bom panci di Taman Arjuna. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Depok - Pengamat teroris dari Universitas Indonesia, Al Chaidar, menduga serangan bom panci di Bandung berhubungan dengan kedatangan Raja Arab Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia, pekan ini.
Ia yakin teror bom yang terjadi di Taman Pandawa itu berasal dari jaringan Bahrun Naim. "Jaringan Bahrun Naim memusuhi Negara Turki dan Arab, meski keduanya negara Islam. Sebab, Turki dan Arab dianggap pro-Amerika," kata Al Chaidar, Senin, 27 Februari 2017.
Ia menuturkan, bom yang dilakukan kelompok Bahrun Naim menjadi sinyal penolakan mereka terhadap kedatangan Raja Salman ke Indonesia. Menurut dia, Indonesia mesti melakukan pengamanan ekstra ketat ketika mengawal kedatangan Raja Salman.
Terutama, kata Al Chaidar, lokasi yang harus dijaga ketat dan disterilkan adalah Bali. Menurut dia, Indonesia mempunyai tantangan tersendiri menjaga keamanan Raja Salman. "Tapi tidak tahu apakah ada serangan terkait lagi nanti," ucapnya. "Arab musuh mereka karena melakukan kerja sama dengan Amerika."
Al Chaidar menambahkan, keluarga raja Arab, juga koleganya yang mencapai 1.500 orang, yang datang ke Indonesia harus dijaga ekstra hati-hati. Perlu ada pemblokiran tempat yang mereka kunjungi. "Bahkan potensi serangan bisa penculikan dan peracunan," ujarnya.
Lebih jauh, ia menuturkan, serangan bom panci Bandung menjadi sinyal gerakan Mujahidin Indonesia, yang menolak mereka. "Ini tantangan teologis bagi para ekstremis untuk melakukan serangan, terutama jaringan Mujahidin Indonesia Barat."