Tata Air Buruk Mengancam Kelangsungan Hidup Gajah Sumatera  

Reporter

Jumat, 24 Februari 2017 12:55 WIB

Pawang gajah atau mahout memandikan gajah sebelum melakukan patroli gajah di Kawasan Conservation Response Unit (CRU) Serba Jadi, Aceh Timur, Aceh, 5 Februari 2017. Sebanyak empat ekor gajah jinak Sumatera dikerahkan untuk berpatroli. ANTARA/Syifa Yulinnas

TEMPO.CO, Palembang - Jumlah gajah liar dan gajah jinak dikhawatirkan makin berkurang dalam beberapa tahun mendatang. Guru besar Universitas Sriwijaya, Robiyanto H. Susanto, mengatakan salah satu penyebabnya adalah sistem penataan air di hutan, gambut, serta lahan konsesi hutan tanaman industri yang buruk.

Padahal gajah sangat membutuhkan air untuk keberlangsungan hidupnya. "Diperlukan revitalisasi hidrologi dengan membuka kanal yang ditutup permanen," katanya, Jumat, 24 Februari 2017.

Baca:
Hasil Studi Genetika: Gajah Menuju Kepunahan
Jaringan Pedagang Gading Gajah Dibongkar
Polda Riau Gagalkan Perdagangan Gading Gajah Rp 1 Miliar

Dalam diskusi yang digagas Forum Koordinasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Sumatera Selatan (Fordas Sumsel), Robiyanto menjelaskan akibat penurunan permukaan air, salah satunya akan mengganggu sistem kehidupan gajah. Sistem terganggu lantaran hilangnya sumber makanan, yakni tumbuh-tumbuhan alam sekitar.

Selain itu, penurunan permukaan air akan memudahkan perambah dan pemburu liar masuk ke habitat gajah. Saat ini di Padang Sugihan terdapat 30 ekor gajah jinak serta puluhan gajah lainnya, termasuk kawanan gajah liar yang hidup tanpa dirantai.

Baca juga:
Ma'ruf Amin MUI: Saya Tolak Menemui Keduanya, Ahok dan Anies
Kasus Mapala UII, Polisi: Panitia Berupaya Hilangkan Bukti
Pengaktifan Ahok, Ini Penyebab ACTA Cabut Gugatannya di PTUN

Di kawasan sub-pusat latihan gajah di Padang Sugihan serta kawasan perkebunan sawit, Banyuasin, misalnya, banyak kanal yang ditutup dengan alasan untuk menjaga ketersediaan air. Padahal langkah itu kurang tepat karena air juga harus disegarkan atau dicuci. "Jadi di lahan bersulfat masam airnya perlu dicuci oleh air hujan."

Ketua Forum DAS Sumatera Selatan Syafrul Yunardy mengatakan sebelum berdiskusi yang melibatkan akademisi dari berbagai kampus, pihaknya melakukan kunjungan langsung ke daerah lahan gambut di Banyuasin dan Ogan Komering Ilir. Tindakan itu dimaksudkan untuk melihat langsung lahan gambut serta persoalannya.

Syafrul berharap akan ada restorasi gambut dengan pendekatan restorasi hidrologi, revegetasi, dan revitalisasi penghidupan masyarakat. "Kunjungan lapangan akan di diskusikan bersama para akademisi."

Ia mengatakan lahan gambut menjadi perhatian Forum DAS karena pada 2015 terjadi kebakaran hutan dan lahan yang hebat di Sumatera Selatan. Setidaknya 700 ribu hektare hutan dan lahan terbakar. Kemarin, tim yang terdiri atas akademisi, LSM, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), pemerintah, dan peneliti mengunjungi Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Jalur 21, Desa Sidomulyo, Kecamatan Muara Padang, lahan perusahaan PT Sriwijaya Palm Oil.

PARLIZA HENDRAWAN

Berita terkait

Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

29 hari lalu

Triwulan Pertama 2024, Penumpang LRT Palembang Tembus 740 Ribu

Hingga 10 Maret, LRT Palembang telah mengangkut 740.041 penumpang.

Baca Selengkapnya

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

4 Januari 2024

4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

Dari Gedung Ledeng hingga kantor dagang Belanda Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang dinilai layak dijadikan cagar budaya.

Baca Selengkapnya

Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

29 Desember 2023

Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

Libur sekolah kali ini, anak-anak di Palembang meramaikan wahana permainan di OPI Mall hingga kawasan Sungai Musi.

Baca Selengkapnya

Liburan di Boekit Gandus Palembang, Kemping Dahulu sebelum Trekking dan Hiking

16 Desember 2023

Liburan di Boekit Gandus Palembang, Kemping Dahulu sebelum Trekking dan Hiking

Boekit Gandus menjadi tujuan para pehobi kemping, trekking-hiking, hingga mancing di Kota Palembang.

Baca Selengkapnya

Fenomena Hujan Es di Kota Palembang, Ini Kata BMKG

18 November 2023

Fenomena Hujan Es di Kota Palembang, Ini Kata BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan mengungkapkan fenomena hujan es di Kota Palembang akibat musim pancaroba.

Baca Selengkapnya

Indeks Pencemaran Udara Berbahaya, Kota Palembang Disemprot Ekoenzim

30 Oktober 2023

Indeks Pencemaran Udara Berbahaya, Kota Palembang Disemprot Ekoenzim

Penyemprotan sebagai respons terhadap tingginya tingkat pencemaran udara di Kota Palembang, yang mencapai angka 310 pada ISPU.

Baca Selengkapnya

Polisi Tahan Anggota DPRD Palembang Tersangka Penganiayaan

25 Agustus 2022

Polisi Tahan Anggota DPRD Palembang Tersangka Penganiayaan

Syukri Zen dikenakan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

Baca Selengkapnya

Jadi Tersangka Penganiayaan, Anggota DPRD Palembang Diancam 5 Tahun Penjara

25 Agustus 2022

Jadi Tersangka Penganiayaan, Anggota DPRD Palembang Diancam 5 Tahun Penjara

Tindak penganiayaan yang dilakukan tersangka MZ terekam video amatir berdurasi 15 detik dari seorang warga yang juga sedang mengantre BBM.

Baca Selengkapnya

Sensasi Makan Pindang Terapung di Tepian Sungai Musi

25 Juli 2022

Sensasi Makan Pindang Terapung di Tepian Sungai Musi

Lokasinya di pinggiran Sungai Musi, Kota Palembang membuat sensasi makannya makin intim dan unik.

Baca Selengkapnya

Libur Sekolah, Pelabuhan Tanjung Api-api Banyuasin Antisipasi Lonjakan Penumpang

20 Juni 2022

Libur Sekolah, Pelabuhan Tanjung Api-api Banyuasin Antisipasi Lonjakan Penumpang

Umumnya masyarakat mengisi libur sekolah dengan naik kapal dari Pelabuhan Tanjung Api-api, Banyuasin, ke Tanjung Kalian, Muntok, Bangka Belitung.

Baca Selengkapnya