Umat muslim mengikuti aksi 212 jilid II di depan Gedung DPR/MPR/DPD, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 21 Februari 2017. Aksi yang digagas Forum Umat Islam (FUI) ini dihadiri ribuan umat Islam dari berbagai penjuru Pulau Jawa. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ibu-ibu dan remaja perempuan berjajar di Jalan Gatot Subroto Timur Gedung DPR. Mereka membagikan makanan gratis kepada peserta aksi 212 berdemo di depan gedung DPR pada Selasa, 21 Februari 2017. "Kami mendapat sumbangan makanan dari banyak orang," kata Hafis, 40 tahun, seorang koordinator relawan dari Forum Umat Islam (FUI) saat ditemui di sela-sela demonstrasi.
Dia mengatakan FUI memberikan seribu bungkus makanan ke peserta demo. Namun ada juga relawan perorangan yang memberi nasi bungkus ke peserta secara langsung. Mereka mengumpulkan uang donasi dan membeli makanan.
Hafis menepis tudingan bahwa makanan ini dibiayai oleh kelompok tertentu atau berkaitan dengan kegiatan politik. Ia memastikan bahwa makanan itu diberikan relawan untuk peserta aksi.
"Kami tidak ingin kegiatan kami bagi-bagi makanan dipelintir oleh media massa," tuturnya. Ia berharap media massa memberitakan laporan yang sebenarnya.
Hafis mengaku telah membagikan makanan sejak pagi hari. Sampai berita ini ditulis, makanan berdatangan. Makanan itu dibeli relawan untuk dibagikan ke massa.
Selain makanan berat, sejumlah organisasi lain seperti Syarikat Islam Indonesia juga membagikan kue dan air minum gratis. Massa yang baru datang mengikuti demonstrasi mengambil makanan itu.
Saat ini demonstrasi di depan DPR masih berlangsung. Ribuan massa menuntut agar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dipecat karena statusnya sebagai terdakwa kasus penistaan agama. Saat ini Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Shihab memimpin orasi.
Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
2 hari lalu
Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.