eLSA: Kasus Intoleransi Bermunculan di Semarang

Reporter

Sabtu, 18 Februari 2017 13:03 WIB

Petugas melemparkan boneka untuk dibakar bersama replika kapal pada ritual Ciswa perayaan Cap Go Meh di Klenteng Sampokong, Semarang, 5 Maret 2015. Tempo/Budi Purwanto

TEMPO.CO, Semarang - Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) menilai gelombang intoleransi kehidupan beragama terus bermunculan di Semarang, Jawa Tengah. Berbagai peristiwa yang merusak sendi toleransi dan penghormatan antar pemeluk agama terus terjadi.

Pekan ini, sekelompok organisasi umat Islam menolak perayaan Cap Go Meh yang sedianya digelar di Halaman Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Baca juga:
Aktivis Sesalkan Penolakan Perayaan Cap Go Meh di Masjid
Ditolak Ormas Islam, Perayaan Cap Go Meh Semarang Dipindah?

“Dalam waktu dua tahun terakhir (2016-2017), sudah terjadi empat kali penolakan terhadap kegiatan-kegiatan yang melibatkan komponen lintas iman. Ini alarm yang membahayakan,” kata Ketua Yayasan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang, Tedi Kholiludin, Sabtu, 18 Februari 2017.

Selain penolakan perayaan Cap Go Meh di MAJT, tiga kasus intoleransi lain adalah penolakan kegiatan buka puasa bersama Ibu Sinta Nuriyah Wahid (istri almarhum Presiden RI Keempat Abdurrahman Wahid/Gus Dur) di Gereja Kristus Raja Ungaran, Semarang, Juni 2016. Padahal, setiap tahun kegiatan ini sudah digelar di daerah-daerah lain.

Karena ditolak Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah, kegiatan buka puasa bersama Sinta Nuriyah Wahid dengan sejumlah tokoh umat Katolik di gereja Semarang itu akhirnya terpaksa dipindah di aula Balai Kelurahan Pudak Payung, Semarang.

Penganut Syiah juga menjadi korban intoleransi pada Oktober 2016 lalu . Mereka sedianya menggelar peringatan 10 Asyura di Gedung Pusat Kesenian Jawa Tengah Komplek PRPP Semarang.

Namun, sejumlah kelompok, termasuk dari Forum Umat Islam (FUIS) menolak sehingga acara terpaksa dipindah ke Masjid Yayasan Nuruts Tsaqolain, Petek, Kota Semarang.
Pada akhir Januari 2017 lalu, sekelompok orang Islam juga memprotes acara rutin Pork Festival (festival kuliner olahan daging babi) yang digelarmenjelang hari raya imlek. Karena ditolak, akhirnya panitia mengganti nama acara menjadi Festival Kuliner Imlek.

Tedi menilai, kerja-kerja mediasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang, Polrestabes Semarang dan Polda Jawa Tengah dalam menangani kasus-kasus itu patut diapresiasi. “Untuk mencegah konflik horisontal, aparat pemerintah, sejauh yang saya amati cukup tegak berdiri secara netral,” kata Tedi.

Adapun Ketua Pemuda Muhammadiyah Semarang Juma’i, yang menjadi salah satu penolak Cap Go Meh di masjid, menyatakan pada prinsipnya pihaknya tak menolak acara Cap Go Meh. Hanya saja ia keberatan jika acara itu digelar di area masjid. “Kami harus menjaga marwah masjid,” kata dia.

ROFIUDDIN

Berita terkait

10 Makanan Khas Kota Semarang yang Wajib Dicoba: Yang Manis Hingga Asin

21 jam lalu

10 Makanan Khas Kota Semarang yang Wajib Dicoba: Yang Manis Hingga Asin

Wingko babat merupakan makanan tradisional dari area Kota Semarang. Kudapan dari parutan kelapa, tepung beras ketan dan gula ini cocok buat ngeteh.

Baca Selengkapnya

Berusia 477 Tahun, Berikut Sejarah Kota Semarang Hingga Peristiwa Pertempuran Lima Hari

1 hari lalu

Berusia 477 Tahun, Berikut Sejarah Kota Semarang Hingga Peristiwa Pertempuran Lima Hari

Sejarah Kota Semarang bermula pada abad ke-8 M, bagian dari kerajaan Mataram Kuno bernama Pragota, sekarang menjadi Bergota menjadi pelabuhan.

Baca Selengkapnya

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

15 hari lalu

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?

Baca Selengkapnya

Sepekan Banjir Semarang, Sejumlah Kelurahan Masih Terendam

45 hari lalu

Sepekan Banjir Semarang, Sejumlah Kelurahan Masih Terendam

Sepekan setelah banjir Semarang, posko pengungsian sudah ditutup. Namun, masih ada genangan di beberapa kelurahan.

Baca Selengkapnya

Mengapa Banjir Selalu Jadi Problem di Semarang dan Pantura?

49 hari lalu

Mengapa Banjir Selalu Jadi Problem di Semarang dan Pantura?

Banjir selalu menjadi masalah di Indonesia. Namun, mengapa Jawa Tengah, terutama Semarang dan Pantura selalu dilanda banjir saban tahun?

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Harus Ada dalam Perayaan Cap Go Meh 2024

24 Februari 2024

5 Hal yang Harus Ada dalam Perayaan Cap Go Meh 2024

Beberapa daerah pecinan di Indonesia selalu memiliki tradisi tersendiri untuk merayakan Cap Go Meh ini.

Baca Selengkapnya

Mengenal Apa Itu Cap Go Meh, Sejarah, hingga Makna di Baliknya

6 Februari 2024

Mengenal Apa Itu Cap Go Meh, Sejarah, hingga Makna di Baliknya

Cap Go Meh adalah puncak perayaan Imlek yang diselenggarakan pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Tionghoa. Ini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Polisi Selidiki Kasus Bapak Aniaya Anak hingga Tewas di Semarang

2 Januari 2024

Polisi Selidiki Kasus Bapak Aniaya Anak hingga Tewas di Semarang

Diduga penganiayaan itu dilakukan karena pelaku ingin melindungi anak laki-lakinya yang lain yang juga adik korban, JW, 18 tahun.

Baca Selengkapnya

Berkurangnya Wilayah Resapan Air Kota Semarang Berdampak pada Banjir Menahun

19 Desember 2023

Berkurangnya Wilayah Resapan Air Kota Semarang Berdampak pada Banjir Menahun

Rentetan banjir menggenangi Kota Semarang pada awal 2023.

Baca Selengkapnya

Daya Tarik Pantai Tirang, Lokasi, Harga Tiket, Rute dan Jam Bukanya

3 November 2023

Daya Tarik Pantai Tirang, Lokasi, Harga Tiket, Rute dan Jam Bukanya

Pantai Tirang di Semarang menawarkan keindahan alam yang memukau, pasir putih, dan beragam aktivitas seru.

Baca Selengkapnya