Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pernyataan pers soal dugaan penyadapan percakapan telepon dirinya dengan Ketum MUI KH Ma'ruf Amin di Wisma Proklamasi, Jakarta, 1 Februari 2017. SBY menyatakan penyadapan tanpa perintah pengadilan merupakan sebuah kejahatan sehingga ia meminta kepada aparat penegak hukum untuk mengusut. ANTARA FOTO
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan mantan Ketua KPK Antasari Azhar sengaja menghancurkan namanya menjelang pemilihan kepala daerah serentak 2017 agar pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni kalah.
"Satu hari sebelum pemungutan suara Pilkada Jakarta, saya duga direncanakan, Antasari lancarkan fitnah & tuduhan keji terhadap saya. Tujuan penghancuran nama SBY oleh Antasari & para aktor di belakangnya agar Agus-Sylvi kalah dlm pilkada besok, 15 Feb 2017," tulis SBY melalui akun Twitter-nya @SBYudhoyono seperti dikutip di Jakarta, Selasa, 14 Februari 2017.
SBY memperkirakan grasi yang diberikan kepada Antasari memiliki motif politik dan ada misi untuk menyerang dan mendiskreditkannya. "Apa belum puas terus memfitnah dan menghancurkan nama baik saya sejak November 2016, agar elektabilitas Agus hancur & kalah. Luar biasa negara ini. Tak masuk di akal saya. Naudzubillah. Betapa kekuasaan bisa berbuat apa saja. Jangan berdusta. Kami semua tahu," tulis SBY lagi.
SBY menegaskan, pada waktunya akan menyampaikan bantahan dan penjelasan kepada publik. SBY menginginkan rakyat Indonesia tahu kebenaran yang sejati.
Sebelumnya, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar mengatakan SBY sebagai inisiator kriminalisasi terhadapnya. "Inisiator kriminalisasi terhadap saya itu SBY," kata Antasari di kantor Badan Reserse Kriminal Polri di Jakarta, Selasa, 14 Februari.
Menurut Antasari, dia menceritakan suatu hal yang bertahun-tahun tidak dia ungkap, yakni kejadian pada suatu malam di bulan Maret 2009, ketika CEO MNC Group Hary Tanoe mendatangi rumahnya.
Menurut Antasari, Hary Tanoe datang atas perintah seseorang di Cikeas, yang meminta Antasari yang ketika itu menjabat sebagai Ketua KPK tidak menahan Aulia Pohan yang sedang terseret kasus korupsi. "Hary diutus oleh Cikeas, beliau minta agar saya tidak menahan Aulia Pohan," ucap Antasari.
Sampai berita ini diturunkan, Hary Tanoe belum bisa dikonfirmasi. Upaya menghubungi Hary Tanoe melalui telepon seluler tidak mendapat respons. Begitu pula usaha Tempo menghubungi orang dekat Hary Tanoe, juga belum mendapat tanggapan.