Populisme Islam (3): Militer Gunakan Islam Hantam Kaum Kiri

Reporter

Senin, 23 Januari 2017 17:13 WIB

Dari kiri: Leila S Chudori, Vedi R. Hadiz, Robertus Robet dan Idrus F. Shahab dalam Diskusi Islam Populis di Indonesia dan Timur Tengah di Kantor Redaksi TEMPO, Palmerah, Jakarta, 23 Januari 2017. TEMPO/Charisma Adristy

TEMPO.CO, Jakarta - Profesor Vedi R Hadiz meneliti tentang populisme Islam di Indonesia, Mesir dan Turki. Dia resah karena selama ini penelitian oleh para ahli lebih banyak melihat pada aspek doktrin dan budaya Islam.


"Akhirnya mereka buat penyederhanaan atau kategori Islam radikal dan moderat," kata Vedi R Hadiz, Profesor Kajian Asia di Asia Institute, University of Melbourne, Australia.


Baca juga:


Populisme Islam (1): Turki Lebih Sukses Dibanding Indonesia


Pernyataan Vedi disampaikan dalam diskusi di kantor Tempo, Jalan Palmerah Barat, Jakarta, Senin, 23 Januari 2017. Penanggap paparan Vedi adalah Robertus Robet (sosiolog, Perhimpunan Pendidikan Demokrasi) dan Idrus F Shahab, redaktur Tempo.

Diskusi yang diadakan Tempo Institute ini terkait dengan buku terbaru Vedi bertajuk "Islamic Populism in Indonesia and the Middle East" terbitan Cambridge University Press.


Advertising
Advertising

Vedi kemudian bertanya-tanya, mengapa politik Islam perkembangannya berbeda-beda di tiap negara. Lantas dia membuat perbandingan antara Indonesia, Mesir dan Turki.


Ada kesamaan pada ketiga negara yang warganya mayoritas beragama Islam. Pertama, Islam memiliki peran penting ketika era kolonial Barat. Kedua, terjadi pergumulan Islam di modern state, dimana Islam akhirnya kalah.


Ketiga, terpengaruh pada era Perang Dingin. Di Indonesia, kata Vedi, Islam digunakan untuk menghantam kaum Kiri pada awal rezim Orde Baru. Hal yang sama terjadi di Mesir di era Presiden Anwar Sadat dan di Turki ketika terjadi kudeta militer tahun 1980-an.


Vedi menjelaskan terjadi sintesa Islam dengan militer untuk membungkam kaum Kiri di ketiga negara tersebut. "Tragisnya, setelah dipakai, Islam lantas dihantam oleh militer," katanya.


Setelah era Perang Dingin terjadi perubahan lanskap politik di ketiga negara tersebut.


Untuk meneliti politik Islam di Indonesia, Mesir dan Turki, Vedi menggunakan konsep filsafat politik yang dikenalkan oleh Ernesto Laclau dan Chantal Moufe, yakni populisme.


Bagi kalangan akademisi, populisme adalah konsep yang lentur. Kadang-kadang ia diidentikkan dengan aspirasi Kanan, di waktu lain bisa diidentikkan dengan aspirasi kaum Kiri.


Populisme Islam adalah sebuah upaya untuk membentuk artikulasi buat mentransformasi pelbagai identitas sosial politik Islam ke dalam satu identitas semi universal, yakni umat.


Konsep umat adalah sebuah political frontier atau batas akhir dari proses diskursif pembentuk blok hegemonik atas kekuasaan negara. Di dalam identitas umat, pelbagai variasi dalam kelas, ras, etnis dileburkan.


Dari risetnya itu, Vedi menyimpulkan populisme Islam di Indonesia gagal membentuk political frontier dan identitas umat yang hegemonik. Hal itu berbeda dengan di Mesir dan Turki.


"Faktor utama kegagalan ini karena ketidakmampuan membentuk sebuah aliansi antarkelas yang menjangkau jauh," kata Vedi yang sarjananya diperoleh dari FISIP UI dan gelar PhD dari Murdoch University, Australia pada tahun 1996.


Vedi menjelaskan populisme Islam di Tanah Air juga gagal menguasai negara dan civil society. Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, PKS masuk ke dalam kabinet. "Tidak menang besar besar, malah terserap ke dalam sistem yang ada," katanya.


Di Mesir, ujar Vedi, partai Al-Ikhwanal Muslimun menguasai civil society, namun gagal menguasai negara.


"Sebaliknya di Turki, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) berhasil menguasai negara dan civil society," kata Vedi yang melakukan penelitian tentang populisme Islam di Indonesia, Mesir dan Turki.


AKP, partai yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan, sudah berkuasa selama 13 tahun. Menurut Vedi, partai ini membangun aliansi dengan borjuasi nasional, kelas menengah dan civil society.


Selain itu juga beraliansi dengan kelas miskin dengan memberi aneka bantuan. "Partai AKP sama sekali tidak omong memperjuangkan negara Islam atau demi melindungi umat," kata Vedi.


Simak juga:


Populisme Islam (2): Tak Ada Kelas Borjuasi Islam Indonesia


Buku Vedi ini dipuji Robertus Robet dan Idrus Shahab. "Kekuatan buku ini adalah mampu memposisikan politik dan ideologi sebagai arena pertarungan yang konkret, historis, dan dialektis," kata Robertus.

Menurutnya, pendekatan Vedi melampaui pandangan "behavioralisme" yang memusatkan perhatian pada perilaku individu atau elite. Ataupun pandangan liberal/pluralis yang melihat politik secara normatif dan institusional.


Idrus F Shahab menjelakan buku Vedi Hadiz ini menawarkan hal yang baru dan meninggalkan pendekatan lama. "Analisis kelasnya menarik. Bagaimana perbedaan kelas bisa dijinakkan di Turki dan Mesir," kata Idrus, redaktur luar negeri Tempo.


UNTUNG WIDYANTO



Berita terkait

Makna Isra Miraj 1445 Hijriah dan Rekomendasi 30 Link Twibbon

8 Februari 2024

Makna Isra Miraj 1445 Hijriah dan Rekomendasi 30 Link Twibbon

Untuk memeriahkan Isra Miraj petang ini, berikut link twibbon untuk media sosial anda.

Baca Selengkapnya

Nahdlatul Ulama Dorong Pendidikan Madrasah Berkualitas, Moderat & Tak Radikal di Depok

29 Mei 2023

Nahdlatul Ulama Dorong Pendidikan Madrasah Berkualitas, Moderat & Tak Radikal di Depok

Nahdlatul Ulama Depok tengah fokus dalam pengembangan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan terutama madrasah.

Baca Selengkapnya

Mengkaji Islam dalam Ilmu dan Pengamalnya

31 Maret 2023

Mengkaji Islam dalam Ilmu dan Pengamalnya

Ilmu mengkaji Islam berkembang di timur tengah dan negara barat. Namun ihwal pengamalan patut belajar ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Indonesia Diharapkan Jadi Referensi Keislaman Dunia

15 Maret 2023

Indonesia Diharapkan Jadi Referensi Keislaman Dunia

Indonesia tidak hanya negara muslim terbesar

Baca Selengkapnya

Hukum Puasa Ramadan Bagi Orang dalam Perjalanan Jauh

9 Maret 2023

Hukum Puasa Ramadan Bagi Orang dalam Perjalanan Jauh

Hukum puasa Ramadan bagi orang dalam perjalanan jauh adalah boleh dibatalkan atau diteruskan asalkan sesuai ketentuan. Simak hukum puasanya di sini:

Baca Selengkapnya

Pembakaran Al Quran Pernah Terjadi di 4 Negara Ini

25 Januari 2023

Pembakaran Al Quran Pernah Terjadi di 4 Negara Ini

Dunia sedang digemparkan oleh peristiwa pembakaran Al Quran yang dilakukan Rasmus Poludan di Swedia. Berikut daftar negara alami kejadian serupa.

Baca Selengkapnya

Ada Makam Keramat dalam Kebun Binatang Ragunan, Pusara Siapa?

24 Januari 2023

Ada Makam Keramat dalam Kebun Binatang Ragunan, Pusara Siapa?

Tak banyak orang tahu, ada makam keramat dalam kebun binatang Ragunan. Makam tersebut ternyata milik almarhum Syekh Sona Wijaya Sakti, siapakah dia?

Baca Selengkapnya

4 Manfaat Menghindari Gibah Selain Mahir dalam Bergaul

3 Desember 2022

4 Manfaat Menghindari Gibah Selain Mahir dalam Bergaul

Orang yang menjaga lisan dan menghindari gibah akan lancar dalam pergaulan dan mahir menjaga pertemanan.

Baca Selengkapnya

10 Agama Terbesar di Dunia 2022 Berdasarkan Jumlah Pengikutnya, Islam ke Berapa?

23 November 2022

10 Agama Terbesar di Dunia 2022 Berdasarkan Jumlah Pengikutnya, Islam ke Berapa?

Berikut daftar 10 agama terbesar di dunia 2022 berdasarkan jumlah pengikutnya versi World Population Review

Baca Selengkapnya

Buatlah Situsmu Menjadi Ramah SEO

14 Oktober 2022

Buatlah Situsmu Menjadi Ramah SEO

Kementerian Kesehatan mengundang Tempo Institute untuk menggelar pelatihan SEO.

Baca Selengkapnya