Ilmuwan Yogyakarta Anggap Nawacita Sulit Diwujudkan  

Reporter

Jumat, 6 Januari 2017 09:22 WIB

Presiden Jokowi bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, 1 November 2016. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, YOGYAKARTA -- Sekumpulan ilmuwan dan akademisi yang bergabung dalam Forum Ilmuwan Indonesia (FFI) bersama Corner Institute dan S3 Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menilai garis progran kerja pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla yang dikenal dengan Nawacita sulit diwujudkan.



Sejumlah persoalan dianggap menghambat pelaksanaan Nawacita yang terdiri dari sembilan program kerja yaitu kondisi politik yang potensial terjadi instabilitas, kesejahteraan masyarakat masih timpang, dan kondisi keberagaman di lapangan sosial budaya menjadi tantangan serius.

"Harga sayur naik, pajak motor naik, BBM naik. Sulit menjadikan Nawacita hal yang baik. Bahkan ada yang menyebutnya jadi Tawacita, cita-cita yang ditertawakan," kata Ketua Forum Ilmuwan Indonesia Tulus Warsito saat memandu diskusi tentang "Revitalisasi Nawacita dan Indonesia ke Depan" di Hotel Grand Mercure Yogayakarta, Kamis, 5 Januari 2017.

Birokrasi misalnya, menurut Ahmad Nurmandi, ilmuwan Politik Islam UMY, selalu menjadi persoalan siapa pun presiden di Indonesia. Hak prerogatif Presiden memilih menteri dan mengawasi kinerja menterinya, tak bisa mengubah bahkan mengawasi kinerja bawahan menteri, mulai dari direktur hingga juru ketik. "Birokrasi di era pemerintahan sekarang parah," kata Achmad.

Ahmad Nurmandi pernah melakukan riset soal peran birokrasi dalam penanganan bencana asap di Riau pada 2016. Hasilnya, tidak ada kerja sama antara birokrasi di daerah dengan pusat, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Nasional. Penyebabnya adalah tidak ada kepercayaan dan bekerja hanya berdasarkan ada tidaknya insentif. "Dalam kondisi bencana saja seperti itu. Apalagi kondisi normal," kata Ahmad.

Di bidang ekonomi, Abdul Haris dari Lembaga Diklat Profesi Sertifikasi Koperasi menilai pemerintah belum sungguh-sungguh menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian. Padahal, saat krisis moneter 1998, perekonomian koperasi yang mampu bertahan.



Bahkan prinsip perekonomian berdasar asas kekeluargaan disalahgunakan melalui perilaku nepotisme. "Nepotisme boleh, tapi harus berdasar profesionalisme dan memenuhi standar," kata Abdul.

Dosen Arsitektur dan Desain Universitas Kristen Duta Wacana Gregorius Sri Wuryanto menyesalkan masih adanya pelabelan minoritas-mayoritas sehingga intoleransi meningkat, krisis kepribadian bangsa, memudarnya solidaritas dan gotong royong, kebudayaan lokal terpinggirkan, serta kegagalan negara mengelola keragaman dan perbedaan. Salah satu kasusnya adalah pencopotan baliho UKDW bergambar mahasiswi berjilbab atas permintaan ormas agama. Semestinya, lanjut Greg, persoalan agama adalah ranah privat.

"Siapapun, termasuk akademisi, kalau masih melanggengkan intoleransi, berarti primitif," kata Greg.

Menurut Tulus, dari diskusi singkat tersebut setidaknya ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian pada 2017 ini. Yaitu kembali pada Nawacita, pelibatan publik secara luas, dan iklim politik yang kondusif.


Advertising
Advertising


Mereka berencana akan menggelar simposium berkaitan dengan hasil diskusi tersebut pada Februari-Maret mendatang dengan menghadirkan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagai pembicara kunci.



PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

57 menit lalu

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 sesuai dengan program pembangunan yang telah direncanakan

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

1 jam lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

1 jam lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

2 jam lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

2 jam lalu

Ditunggu Setengah Jam untuk Wawancara Cegat, Jokowi: Besok Aja

Presiden Jokowi nge-prank jurnalis yang sudah menuggu sekitar setengah jam untuk sesi wawancara cegat atau doorstop.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

3 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

3 jam lalu

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

PLN mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di tanah air

Baca Selengkapnya

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

4 jam lalu

Jokowi Luncurkan 6 Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Presiden Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

5 jam lalu

Jokowi Disebut Ajukan Budi Gunawan Masuk Kabinet Prabowo

Pengajuan nama Budi Gunawan oleh Jokowi, kata narasumber yang sama, bertujuan untuk meluluhkan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri.

Baca Selengkapnya

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

7 jam lalu

Luhut Minta Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan, Siapa yang Dimaksud?

Luhut menyebut istilah toxic saat berpesan kepada Prabowo Subianto tentang pemerintahan mendatang. Siapa yang dimaksud Luhut?

Baca Selengkapnya