TEMPO Interaktif, Jakarta:Daerah yang digenangi lumpur di Porong, Sidoarjo, mulai amblas rata-rata lima sentimeter selama sebulan. Menurut Manajer Eksplorasi PT Lapindo Brantas Inc. Bambang P. Istadi, wilayah yang amblas itu pada radius dua kilometer dari pusat semburan Banjar Panji 1 di Desa Renokenongo.Kepastian laju penurunan tanah ini, kata Bambang usai memberi kuliah di Institut Teknologi Bandung kemarin, berdasarkan pengamatan melalui sarana Global Positioning System (GPS) selama sebulan. Jika lamanya satu tahun diperkirakan terjadi penurunan tanah 60 sentimeter atau enam meter dalam kurun waktu sepuluh tahun. Menghadapi fenomena ini Lapindo sedang survei pada lokasi baru dengan areal yang lebih luas. Survei ini untuk menghitung luasan areal yang bakal terkena dampak penurunan tadi. Bambang menjelaskan, penurunan tanah di pusat semburan lumpur terjadi secara perlahan-lahan. Belajar dari kejadian alam munculnya gunung lumpur di Karang Anyar dan Bledug Kuwu di Puwodadi, menurutnya, lumpur Lapindo akan membentuk gunung serupa pada areal sekitar 50 hektare. Perkiraan Bambang, lahan di sekitar pusat semburan lumpur akan terbenam secara perlahan-lahan. Daerah yang cenderung turun secara alami bakal menjadi cekungan kemudian berfungsi menampung lumpur. "Yang menjadi persoalan, bagaimana mengendalikan air lumpurnya?" Penurunan tanah secara perlahan, kata dia, karena sifat tanah yang plastis. Sedangkan titik tengah pusat semburan lumpur mulai terlihat membentuk bukitr. "Persis di titik semburan terjadi peningkatan atau kenaikan secara absolut, bukitnya di situ," Bambang menegaskan. Dia menambahkan, besar kemungkinan daerah yang berada dalam radius dua kilometer tidak bisa dihuni. Di luar wilayah itu, dapat direkondisi dan menjadi permukiman permanen.Ancaman tanah amblas sudah diperkirakan sebelumnya oleh sejumlah kalangan. Amin Widodo, misalnya. Ketua Pusat Studi Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu mengatakan amblasnya lokasi lumur Lapindo hanya menunggu waktu.Sebab, kata dia, luapan lumpur sejak 29 Mei lalu secara otomatis mengosongkan lapisan tanah pada radius 3.000 meter dari permukaan tanah. Padahal di bawah lapisan berisi minyak, gas serta air yang sangat rentan untuk bergerak. “Apabila tekanan bidang kosong sangat berat kemungkinan amblas sangat besar,” ujarnya. Amin tidak bisa memastikan luas tanah yang kemungkinan amblas.Begitu pula dengan Edy Sunardi, Ketua Departemen Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia.Menurutnya, belum pernah terjadi kasus seperti ini bisa dihentikan. Semburan lumpur berpotensi membentuk gunung,” tutur dosen Geologi Universitas Pajajaran Bandung, beberapa waktu lalu. Edy menambahkan, ada kesamaan struktur lumpur Porong dengan Gunung Anyar di Surabaya. "Di dalam tanah Porong hingga Gunung Anyar ada seperti tangki besar atau gorong-gorong dengan luas 200 kilometer persegi dengan ketebalan kurang lebih 4-5 kilometer. Jadi lumpur yang keluar berasal dari tangki tersebut," ungkapnya.AHMAD FIKRI | ROHMAN TAUFIQ