Ini Kekurangan Program JKN yang Sering Dikeluhkan Masyarakat

Reporter

Kamis, 22 Desember 2016 13:57 WIB

Warga yang hendak berobat di RSUD Depok mulai menandai tempat antrean sejak pukul 2.00 pagi di Depok, Jawa Barat, 10 September 2014. Pasien pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat, Jamkesda, dan BPJS ini datang lebih awal untuk mendapat nomor antrean. TEMPO/Ilham Tirta

TEMPO.CO, Jakarta - Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seharusnya dapat meminimalisasi biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk pelayanan kesehatan. Namun kenyataannya, di lapangan masih banyak keluhan dari masyarakat.

"Kita mau JKN bagus, tetapi karena banyak keluhan, banyak yang minta dibubarkan saja," kata Hasbullah Thabrany, Guru Besar Bidang Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dalam acara Kaleidoskop CHEPS UI, di The Park Lane Hotel, Jakarta, Kamis, 22 Desember 2016.

Menurut hasil kajian Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (CHEPS) FKM UI, keluhan yang lazim terjadi di lapangan antara lain obat harus beli sendiri, antrean sangat panjang, dana BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sudah habis, dan tidak ada tempat.

"Untuk ketidaktersediaan tempat, yang saya dengar itu hanya terjadi pada pasien BPJS saja," ujar Hasbullah. Ucapan itu dibenarkan oleh salah seorang peserta diskusi dari BPJS Watch, Indra Musnawar.

Meski demikian, cacat pelayanan tersebut bukan tanpa alasan. Hasbullah menerangkan, hal itu terjadi karena minimnya anggaran yang mengalir ke JKN. "JKN dituntut kasih pelayanan lengkap, tetapi dana seadanya," ujarnya. Dia menerangkan, minimnya dana yang mengucur dapat disebabkan oleh kecurigaan adanya sindikasi dokter.

Dengan minimnya dana tersebut, penyedia fasilitas kesehatan terpaksa menekan biaya, kata Hasbullah. Caranya, dengan membeli obat termurah tanpa mempertimbangkan efektivitasnya dan meminta pasien klaim dana lagi sehingga dapat mengurangi beban rumah sakit.

Obat murah tersebut juga ternyata menjadi beban terbesar yang pasien harus bayar. Hasil survey yang CHEPS lakukan menunjukan porsi paling besar yang pasien bayar adalah pembelian obat, yakni 70 persen dari total biaya.

Keterbatasan dana, kata Hasbullah, mengancam jaminan kesehatan masyarakat Indonesia. Terutama masyarakat yang tidak mampu.

"Saat pemungutan biaya, (rumah sakit) tidak melihat pasien mampu atau tidak," kata Hasbullah. Dia menegaskan, pemerintah harus segera membenahi permasalahan jaminan kesehatan di Indonesia.

BRIAN HIKARI | NN

Baca juga:
'Om Telolet Om' Jadi Perhatian Dunia, Begini Kata Pengamat
KPK Jadwalkan Pemeriksaan Suami Inneke Koesherawati dan Pejabat Bakamla


Berita terkait

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

2 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

5 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

5 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Beri Layanan Kebidanan pada Pemudik, Ikatan Bidan Buka Posko Kesehatan

21 hari lalu

Beri Layanan Kebidanan pada Pemudik, Ikatan Bidan Buka Posko Kesehatan

Posko OPOR Bu Bidan didirikan untuk mendekatkan layanan kebidanan kepada pemudik, khususnya akses bagi perempuan, ibu hamil dan menyusui

Baca Selengkapnya

Empat Dokter dari Barat Jadi Saksi Kekejian Israel di Gaza

43 hari lalu

Empat Dokter dari Barat Jadi Saksi Kekejian Israel di Gaza

Empat dokter dari AS, Prancis dan Inggris memberi kesaksian di PBB tentang sistem layanan kesehatan di Gaza yang runtuh dan kekejian Israel.

Baca Selengkapnya

Hari Perempuan Internasional, Pentingnya Peran Wanita Bangun Sistem Kesehatan Indonesia

54 hari lalu

Hari Perempuan Internasional, Pentingnya Peran Wanita Bangun Sistem Kesehatan Indonesia

Perempuan memainkan peran penting dalam bidang kesehatan. Ada berbagai peranan perempuan dalam meningkatkan derajat kesehatan keluarga

Baca Selengkapnya

Dikecam Masyarakat, Ini Alasan Para Dokter Korea Selatan Tetap Mogok

1 Maret 2024

Dikecam Masyarakat, Ini Alasan Para Dokter Korea Selatan Tetap Mogok

Dokter-dokter di Korea Selatan masih melanjutkan aksi mogok, meski masyarakat mengecam dan pemerintah mengancam.

Baca Selengkapnya

Gaji Dokter di Korea Selatan Tergolong Tertinggi, Mengapa Masih Mogok?

29 Februari 2024

Gaji Dokter di Korea Selatan Tergolong Tertinggi, Mengapa Masih Mogok?

Ribuan dokter magang di Korea Selatan menolak untuk kembali bekerja meski diancam penangguhan izin medis.

Baca Selengkapnya

Hampir 8.000 Dokter Magang di Korea Selatan Mogok Kerja, Mengapa?

21 Februari 2024

Hampir 8.000 Dokter Magang di Korea Selatan Mogok Kerja, Mengapa?

Di Korea Selatan, dokter umum ternyata diupah rendah, sementara dokter bedah plastik dan dokter kulit dalam praktik swasta dibayar paling tinggi.

Baca Selengkapnya

Pemkab Bogor Gelar Temu Inovator 2024, Berharap Bisa Kembangkan Ratusan Desanya

30 Januari 2024

Pemkab Bogor Gelar Temu Inovator 2024, Berharap Bisa Kembangkan Ratusan Desanya

Temu Inovator yang diselenggarakan setiap tahun disebutkan untuk meneruskan pembangunan prioritas di daerah itu.

Baca Selengkapnya