Banjir Karawang, BNPB Bantah Isu Sabotase Bendungan

Reporter

Kamis, 17 November 2016 17:47 WIB

Petani di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat, memanen padinya yang terendam banjir, Selasam, 15 November 2016. (TEMPO/Hisyam Lutffiana)

TEMPO.CO, Karawang - Kepala Badan Penanganan Bencana Nasional, Willem Rampangilei, membantah dugaan sabotase bendungan yang menyebabkan banjir di Karawang, Jawa Barat, pada Ahad, 13 November 2016.


"Saya yakin tidak. Memang bendungan punya kebijakan sendiri melakukan buka tutup. Ada kritetia yang harus dipenuhi. Tidak bisa sembarangan," kata Willem kepada Tempo usai melakukan pantauan sungai lewat udara di Karawang, Kamis, 17 November 2016.

Sebelumnya, beredar kabar jika musibah banjir di Karawang merupakan sabotase dengan membuka pintu air di tiga waduk cascade Citarum. Tujuannya, untuk mengalihkan isu penistaan agama oleh Ahok dan ancaman stabilitas negara di bawah Presiden Jokowi.

Banjir di Karawang pada saat itu berdampak luas, selain pemukiman dan kawasan industri, banjir juga menggenangi jalan tol Jakarta - Cikampek. Tingginya permukaan air di sungai Citarum dan Cibeet pada Ahad lalu akibat debit air di hulu kedua sungai itu melampaui batas normal.


Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, air di tiga waduk besar yang membendung sungai Citarum limpas.

Waduk Saguling yang membendung Citarum di wilayah Kabupaten Bandung Barat limpas 78 centimeter pada Ahad, 13 November lalu. Waduk Cirata, di Kabupaten Bandung Barat juga limpas setinggi 31 centimeter. Waduk Jatiluhur yang membendung sungai Citarum di Purwakarta limpas 20 sentimeter.

Sebelum banjir melanda Karawang pada Ahad sore, 13 November lalu, tiga bendungan yang mengatur air di sungai Citarum membuka pintu air dan menambah debit air ke sungai terpanjang di Jawa Barat.

Di waduk Saguling pada pukul 06.00 WIB, tinggi mata air mencapai 643.81 mdpl sehingga limpas dengan skala 153.65 m3/det.

Di waduk Cirata, di waktu yang sama, tinggi mata air tercatat mencapai 219.66 mdpl, dan outflow air dengan skala 545,96 m3/det.

Di waduk Djuanda, pada pukul 06.00 WIB, tinggi mata air mencapai 107,75 mdpl, sehingga limpas dengan skala 191,707 m3/det.

Peringatan juga muncul dari General Manager Indonesia Power, Hendres Wayen, lewat secarik surat bertanggal 10 November 2016, unit pembangkit Waduk Saguling mengumumkan jika tinggi mata air di waduk itu di atas normal.


Dengan ketinggian 643,70 mdpl, pintu spillway nomor 3 akan dibuka setinggi 1 meter.
Hal itu menyebabkan debit air sungai Citarum akan lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan banjir.

"Sama sekali tidak ada sabotase. Sungai meluap akibat daya tampung tidak seimbang dengan debit air yang datang. Banjir terjadi karena sungai tidak normal, drainase yang buruk dan kebijakan tata ruang yang tidak ramah lingkungan," kata Willem.

HISYAM LUTHFIANA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Jelang Arus Mudik Jalur Pantura Timur Rawan Banjir, MTI Usulkan Opsi Kereta Api

39 hari lalu

Jelang Arus Mudik Jalur Pantura Timur Rawan Banjir, MTI Usulkan Opsi Kereta Api

Pemerintah harus mengantisipasi banjir di Pantura timur jelang arus mudik lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Pertamina Tambah Stok LPG 3 Kg untuk Pantura, Kapal Pengangkut Sudah Bisa Sandar

40 hari lalu

Pertamina Tambah Stok LPG 3 Kg untuk Pantura, Kapal Pengangkut Sudah Bisa Sandar

Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah untuk wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng & DIY) mencatat selama periode Maret 2024 telah menambah stok LPG 3 kilogram (Kg) hingga 394 ribu tabung untuk wilayah terdampak cuaca ekstrem.

Baca Selengkapnya

Banjir Pantura, Akses Demak ke Kudus Terputus Akibat Tanggul Jebol

46 hari lalu

Banjir Pantura, Akses Demak ke Kudus Terputus Akibat Tanggul Jebol

Banjir pantura mengakibatkan sebuah tanggul sungai terputus dan berdampak pada terputusnya akses jalan dari Kabupaten Demak menuju Kudus.

Baca Selengkapnya

Jalur Pantura Demak-Kudus Kembali Direndam Banjir, Lalu Lintas Lumpuh

47 hari lalu

Jalur Pantura Demak-Kudus Kembali Direndam Banjir, Lalu Lintas Lumpuh

Banjir dipicu tanggul sungai di perbatasan Kabupaten Demak dengan Kudus yang tak mampu menampung debit air.

Baca Selengkapnya

Bencana Hidrometeorologi Pantura, BNPB Segera Operasi Modifikasi Cuaca

48 hari lalu

Bencana Hidrometeorologi Pantura, BNPB Segera Operasi Modifikasi Cuaca

Mulai besok BNPB segera gelar operasi Teknologi Modifikasi Cuaca Jilid 2 untuk cegah bencana hidrometeorologi atau banjir di Pantura, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

BNPB Laporkan Wilayah Pantura Terdampak Bencana Hidrometeorologi

48 hari lalu

BNPB Laporkan Wilayah Pantura Terdampak Bencana Hidrometeorologi

Sedikitnya 10 kota dan kabupaten di wilayah Pantura terendam banjir. Akibat bencana hidrometeorologi.

Baca Selengkapnya

Ketahuan Memainkan Suara Caleg, Lima Anggota PPK di Karawang Diberhentikan oleh KPU

4 Maret 2024

Ketahuan Memainkan Suara Caleg, Lima Anggota PPK di Karawang Diberhentikan oleh KPU

KPU Karawang menemukan bukti dan pengakuan terjadinya pemindahan perolehan suara dari satu caleg ke caleg lainnya.

Baca Selengkapnya

Harga Beras Naik, Padi Siap Panen Petani Demak Hancur Diterjang Banjir

29 Februari 2024

Harga Beras Naik, Padi Siap Panen Petani Demak Hancur Diterjang Banjir

Petani Demak harusnya menikmati kondisi harga beras yang naik. Namun padi mereka hancur diterjang. Padahal sudah siap dipanen.

Baca Selengkapnya

Karawang Terbitkan Perda Anti Knalpot Brong, Hukumannya Penjara dan Denda Puluhan Juta

14 Januari 2024

Karawang Terbitkan Perda Anti Knalpot Brong, Hukumannya Penjara dan Denda Puluhan Juta

Pemerintah dan polisi terus menekan penggunaan knalpot brong di Kabupaten Karawang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo Dianggap Tiba-tiba Peduli Banjir Pantura, Solusi Ganjar untuk Persoalan Petani Tebu

12 Januari 2024

Terkini: Prabowo Dianggap Tiba-tiba Peduli Banjir Pantura, Solusi Ganjar untuk Persoalan Petani Tebu

Berita terkini: Prabowo dianggap tiba-tiba peduli banjir Pantura, solusi yang ditawarkan Ganjar untuk persoalan petani tebu.

Baca Selengkapnya