TEMPO Interaktif, Takengon:Setahun silam, ketika perundingan antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia berlangsung panas, Perdana Menteri GAM MAlik Mahmud berjanji membawa pimpinan delegasi Indonesia Hamid Awalaudin untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan Aceh. Syaratnya, perjanjian perdamaian Aceh disepakati.Melalui perundingan yang alot, kedua belah pihak akhirnya sepakat berdamai 15 agustus setahun silam dengan mediasi mantan Presisen Finlandia Marti Ahtysaari. Setahun perjanjian itu diteken, perdamaain Aceh betul terwujud. Tidak ada lagi bedil menyalak di Tanah Rencong.Janji Malik telah terbayar minggu pagi. Dari atas pesawat helikopter Malik membawa Hamid menikmati pemandangan laut tawar di kota Takengon Aceh Tengah. "Alhamdulliah utang pak Malik sudah terbayar hari ini," kata Hamid saat memberi sambutan kunjungan Mantan Presiden Finlandia Marti Ahtysaari ke Tankengon Aceh Tengah, Minggu, 13 Agstus.Dari ketinggian diatas helikopter Malik menunjukkan pemandangan pegunungan yang menghampar indah di bawahnya pada Hamid. Dalam pesawat tersebut terdapat juga Marti Ahtysaari, Tokoh GAM Zaini Abdullah dan Duta Besar Finland untuk Indonesia.Dalam Acara itu Hamid mebnceritakan perundingan awalnya berlangsung alot. Masing-masing pihak bersisi kukuh pada pendapatnya. Dia mencontohan saat hari kedua perundingan Malik menginginkan perundingan mengunakan bahasa Ingris. Sementara delegasi Indonesia ngotot mengunakan bahasa Indonesia. Pada hari itu perundingan sempat macet karena membahas bahasa yang akan digunakan. Hamid lantas mengusulkan perundingan menggunakan bahasa Melayu. Usulan ini diterima delegasi GAM. "Padahal pada dasarnya bahasa Melayu itu sama dengan bahasa Indonesia," ujar Hamid sambil terkekeh.Hamid mengatakan Malik dan Zaini sebegai orang tua yang bijak. Dia mengenang sore hari usai perundingan mereka bertiga berjalan di pinggir sungai di tengah cuaca dingin yang menusuk tulang. Dua tokoh GAM ini menasehati Hamid agar menahan emosi terhadap perkataan Nur Juli salah satu delegasi GAM yang selalu berbicara keras.Pada kesempatan ini Hamid juga mengaku telah berbohong pada Malik dan Zaini. Ceritanya, saat bertemu pertama kali dengan mereka Hamid memperlihatkan sebuah kopiah. pada Malik Hamid mengaku mendapatkan kopiah itu dari Sofyan Ibrahim Tiba anggota GAM yang dipenjara di Aceh. Menurut Hamid kejadian itu berlangsung tsunami menghumbalang Aceh. Hamid mengarang cerita bahwa Sofyan memintanya menunjukkkan kopiah itu pada tokoh GAM di Eropa dan mengembalikan sesudah perdamaian tercapai.Saat bertemu dengan Malik Aceh sudah diporakporandakan tsunami. Sofyan meningal dalam penjara. Hamid mengatakan kopiah itu tidak bisa dikembalikan karena Sofyan meninggal terkena tsunami. "Pak malik teripu-sipu saat itu," katanya.Hamid mengatakan cerita itu tidak benar. Menurutnya, cerita bohong itu dia buat untuk menggambil hati Malik dan Zaini. "Saya ketemu sofyan tapi kopiah itu tidak ada itu karangan saya," ujarnya. Cerita bohong itu, lanjut Hamid ternyata ampuh mendekatkan dirinya dengan tokoh GAM. Ujungnya perundingan berjalan sukses.Mendengar pengakuan Hamid, Malik dan Zaini hanya bisa tersenyum-senyum. "Ternyata Hamid jago juga berbohong".Sutarto