Pelajar melompat keluar dari perahu kayu saat berangkat ke sekolah di aliran sungai Musi yang berselimut kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, 17 September 2015. Selama beberapa tahun terakhir, kebakaran lahan gambut di Sumatera Selatan hanya dapat betul-betul padam saat musim hujan tiba. AP/Tatan Syuflana
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 30 persen dari 8,6 juta hektare Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi rusak dalam beberapa tahun terakhir. "Indikatornya tahun ini saja sudah puluhan kali banjir dan longsor," kata petugas Divisi Humas Forum DAS Sumatera Selatan, Karlin Agustina, dalam sosialisasi kebijakan yang mendukung pembangunan ekonomi hijau di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat, 4 November 2016.
DAS merupakan daerah daratan anak sungai yang berfungsi menampung dan menyimpan air secara alami. Menurut Karlin, kerusakan DAS akan berdampak pada ketahanan air konsumsi masyarakat dan pertanian serta industri.
Sejatinya, kata Karlin, yang juga Rektor Universitas IBA Palembang, kerusakan itu bisa diminimalkan dengan pencegahan dini dan penanggulangan lebih awal ketika ditemukan kerusakan.
Kepala UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan Achmad Taufik menjelaskan, dalam musim kemarau tahun lalu, terdapat ratusan ribu lahan dan hutan yang terbakar. Di antaranya kawasan sekitar sungai.
"Tahun ini memang jauh berkurang kejadiannya," ujar Taufik. DAS Musi termasuk satu di antara 108 DAS yang ditetapkan Menteri Kehutanan.
BRI berupaya mendorong perbaikan dan revitalisasi sungai di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama yang tingkat pencemaran airnya sangat tinggi terutama akibat sampah yang menumpuk.