Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X menyampaikan sambutan pada pembukaan Simposium Fishcrime kedua di Gedung Kesenian, Komplek Gedung Agung, Yogyakarta, 10 Oktober 2016. Ini merupakan penyelenggaraan tahun kedua Simposium Fishcrime setelah sebelumnya diselenggarakan di Capetown, Afrika Selatan. TEMPO/Pius Erlangga
TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton yang juga Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengimbau warga Yogyakarta tak perlu ikut-ikutan bertolak ke Jakarta pada 4 November 2016 demi mengikuti demonstrasi terkait dengan kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Tanggal 4 November ikiurusane opo to? Masyarakat Yogya kan enggak punya kepentingan lebih jauh soal itu, itu urusan Jakarta,” ujar Sultan di Yogyakarta, Kamis, 3 November 2016.
Sultan mensinyalir gerakan demonstrasi besar yang akan dilakukan sejumlah ormas Islam yang tergabung dalam wadah Gerakan Nasional Pembela Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) itu rentan unsur politis menjelang pemilihan kepala daerah di Jakarta. “Wong yo ora arep nyobloskok (juga tidak akan mencoblos saat pilkada), jadi relevansinya (berangkat) apa?” kata Sultan.
Sultan melihat isu penistaan agama secara jelas akan terbaca sebagai persoalan sendiri ketika tidak berdekatan dengan agenda pilkada. “Itu (isu penistaan agama) akan menjadi persoalan lain,” tuturnya. Jika ada warga Yogyakarta yang tetap ikut demonstrasi itu, Sultan berpesan agar tidak berbuat anarkistis saat menyikapi isu yang bergulir.
Sultan mengakui telah berkomunikasi dengan warga Yogya yang tetap menegaskan bakal ikut ke Jakarta dan berunjuk rasa menuntut pengusutan isu dugaan penistaan agama oleh Ahok itu. Termasuk dengan tokoh-tokoh ormas keagamaan yang di dalamnya juga ada FPI (Front Pembela Islam).
“Sudah komunikasi dengan mereka, katanya hanya sedikit yang berangkat, tapi saya enggak tahu kepastian jumlah yang berangkat berapa,” ucap Sultan.