Pemerintah Kaltim Biayai Perawatan Penderita Vegatative State

Reporter

Selasa, 1 November 2016 23:00 WIB

Abu Tholib mendampingi istrinya , Humaida, yang mati suri setelah menjalani operasi sterilisasi disebuah klinik di Paser, Kaltim. Foto diambil Minggu, 30 Oktober 2016. (Dok. Keluarga)

TEMPO.CO, Balikpapan - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menanggung seluruh biaya perawatan Humaida, 41 tahun, penderita penyakit Vegatative State, kerusakan jaringan otak kronik yang mengakibatkan kelumpuhan seluruh organ tubuhnya. Hal itu diketahui setelah salah seorang anak Humaida, Ahmad Januar, bertemu Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak.


“Pak Awang memberikan memo untuk disampaikan langsung kepada Direktur Rumah Sakit AW Sjahranie di Samarinda,” kata Januar saat dihubungi Tempo, Selasa, 1 November 2016.


Menurut Januar, ia memberanikan diri menemui Awang. Tujuannya menuntut keadilan atas kondisi ibunya yang sudah mengalami mati suri selama lima tahun enam bulan. “Ternyata Pak Gubernur bersedia saya temui,” ujarnya.


Januar menjelaskan, dalam pertemuan itu Awang Faroek meminta agar Humaida segera dipindahkan ke Rumah Sakit AW Sjahranie guna memperoleh penanganan intensif. Awang memastikan seluruh biaya peratawan ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. “Ambulan yang membawa ibu saya dari Paser ke Samarinda juga ditanggung,” ucap Januar.


Januar mengisahkan, ibunya tergolek tidak berdaya di RSUD Panglima Sebaya Kabupaten Paser. Tidak ada lagi penanganan medis diberikan kepada Humaida. “Hanya bapak saya yang setiap hari memberikan perawatan, seperti menyuapi makan bubur lewat selang setiap tiga jam sekali. Termasuk memandikan dan membuang kotoran ibu,” tuturnya. Ayah Januar bernama Abdul Muthalib.


Advertising
Advertising

Setelah mendapatkan uluran tangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Januar merisaukan nasib tiga orang adik adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Tidak ada yang menarawat mereka di Paser karena Sang Ayah akan menemani Humaidah di Rumah Sakit AW Sjahranie di Samarinda.


Januar berharap Pemerintah Kabupaten Paser berinisiatif untuk turut berperan dalam membantu perawatan adik-adiknya selama proses pengobatan ibunya di Samarinda. Januar dibantu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Sikap, surat menyurati Pemerintah Kabupaten Paser ihwal permohonan bantuan itu. “Sudah kami surati Pemkab Paser guna meminta perhatian dari mereka soal keluarga pasien,” kata Sekretaris LBH Sikap Eben Marwi.


Eben mengatakan, permasalahan keluarga Humaida, sudah seharusnya mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Paser, yag selama ini dinilai pasif. Padahal keluarga Humaida sempat putus asa.


Bahkan pihak keluarga sempat mengajukan permohonan eutanasia atau suntik mati terhadap Humaida. Hidup Humaida sepenuhnya tergantung bantuan orang lain, termasuk untuk menelan makanan, minuman hingga membuang kotoran.


Sejak Humaida menderita penyakit berat itu, LBH Sikap yang memberikan pendampingan, termasuk advokasi. Di antaranya saat mengadukan masalah itu kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Timur. Juga melaporkannya kepada Pimpinan Pusat Muhamaddiah.


Humaida menderita penyakit vegetative state pasca menjalani operasi steril di Klinik Muhamaddiah Paser lima tahun lalu. Dokter Klinik Muhamaddiah Paser Ferdinando mengakui Humaida sebagai salah seorang pasien yang sempat ditanganinya. “Iya memang (pasiennya),” ujarnya.


Ihwal pemindahan Humaida ke Samarinda, Ferdinando menyatakan kesiapannya berkoordinasi dengan tim medis RS AW Sjahranie, Samarinda. Dia mengatakan Humaida masih berpeluang sembuh dengan cara mengkonsumsi obat-obatan perangsang otak dan berbagai program terapi akan diterapkan di RS AW Sjahranie. “Ada kasus dengan pasien seperti ini (Humaida), bisa sembuh berkat obat dan program terapi,” ucap Ferdinando.


Penderitaan yang dialami Humaida bermula saat perempuan akan melahirkan anak ke-5 di RSUD Panglima Sebaya Kabupaten Paser. Namun, rumah sakit milik pemerintah daerah itu merujuk Humaida ke Klinik Muhamaddiah guna menangani proses kelahirannya.


Proses kelahiran yang dilakukan secara normal berjalan lancar. Bayi perempuan yang dilahirkan diberi nama Nabira. Saat itu salah seorang perawat menyarankan dilakukannya operasi sterilisasi guna mengendalikan kehamilan Humaida. Namun, pasca operasi sterilisasi, Humaida mendadak kejang-kejang hingga detak jantung sempat berhenti selama 30 menit. Beberapa hari kemudian Humaida mengalami Vegatative State.


Pihak keluarga mempermasalahkan cara kerja para medis di Klinik Muhamaddiah Paser, yang dinilai terlambat melakukan tindakan medis sehingga berujung pada kerusakan jaringan otak Humaida. “Perawat hanya manggil-manggil ibu saya. Setidaknya selama 30 menit ibu saya gagal jantung seharus minta bantuan dokter,” kata Januar.


Dari Klinik Muhammadiyah, Humaida, dipindahkan ke RSUD Kabupaten Paser. Suami Humaida terpaksa harus meninggalkan pekerjaanya demi membantu kebutuhan sehari-hari istrinya. “Keluarga kami sudah habis-habisan selama merawat ibu saya,” ucap Juanuar.


SG WIBISONO


Berita terkait

Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

4 Juli 2023

Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

buah bidara dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit

Baca Selengkapnya

Punya Hewan Peliharaan, Awas Tertular Penyakit Berikut

8 Februari 2021

Punya Hewan Peliharaan, Awas Tertular Penyakit Berikut

Punya hewan peliharaan memang menghibur. Tapi awas, mereka juga bisa menularkan penyakit kepada pemiliknya.

Baca Selengkapnya

Banjir Lagi, Waspadai Penyakit Akibat Virus dan Jamur Berikut

8 Februari 2021

Banjir Lagi, Waspadai Penyakit Akibat Virus dan Jamur Berikut

Banjir selalu menyisakan berbagai masalah, bukan hanya kotoran dan lumpur tapi juga beragam penyakit akibat virus dan jamur.

Baca Selengkapnya

Mengenal Vertigo, Penyakit Penyebab Wafatnya Rektor Paramadina

7 Februari 2021

Mengenal Vertigo, Penyakit Penyebab Wafatnya Rektor Paramadina

Rektor Paramadina, Firmanzah, wafat karena vertigo. Penyakit ini banyak dialami orang tapi kurang dipahami bahayanya.

Baca Selengkapnya

Cegah Stroke dengan Selalu Gembira dan Aktif

7 Februari 2021

Cegah Stroke dengan Selalu Gembira dan Aktif

Dokter mengatakan membangkitkan rasa gembira dan bahagia merupakan cara efektif serta mudah yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke.

Baca Selengkapnya

Hindari Faktor Pemicu Kanker, Dokter Beri Saran

6 Februari 2021

Hindari Faktor Pemicu Kanker, Dokter Beri Saran

Dokter menjelaskan penyebab penyakit kanker dan faktor pemicu yang sebenarnya bisa dihindari, termasuk memilih gaya hidup sehat.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Deteksi Kanker Payudara

2 Februari 2021

Pentingnya Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Deteksi Kanker Payudara

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di tengah masyarakat dan lini terdepan pelayanan kesehatan pun harus paham deteksi dini kanker payudara.

Baca Selengkapnya

Sering Terlambat Terdeteksi, Ini Pesan Pakar tentang Kanker Payudara

2 Februari 2021

Sering Terlambat Terdeteksi, Ini Pesan Pakar tentang Kanker Payudara

Pakar mengingatkan perlunya mengenali gejala kanker payudara lebih dini untuk menurunkan risiko keparahan penyakit dan mempercepat penyembuhan.

Baca Selengkapnya

5 Penyakit dengan Kasus Kematian Tertinggi yang Perlu Diwaspadai

25 Januari 2021

5 Penyakit dengan Kasus Kematian Tertinggi yang Perlu Diwaspadai

Indonesia mengalami kenaikan jumlah prevalensi penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian tertinggi. Penyakit apa saja itu?

Baca Selengkapnya

Radang Usus Kronis dan GERD Tak Sama, Pakar Jelaskan Bedanya

24 Januari 2021

Radang Usus Kronis dan GERD Tak Sama, Pakar Jelaskan Bedanya

Jangan samakan GERD dengan radang usus kronis atau IBD meski sama-sama menyerang lambung. Simak penjelasan pakar berikut.

Baca Selengkapnya