Pendaki Asal Depok di Gunung Semeru Sempat Tampak Pucat

Sabtu, 8 Oktober 2016 21:32 WIB

Pemandangan pagi d kawasan Ranukumbolo, awan kabut terlihat di sekeliling danau. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, 16 Mei 2015. Tempo/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Malang - Sahat M. Pasaribu sempat terlihat sangat pucat dan linglung sebelum meninggal di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada Sabtu dini hari tadi, 8 Oktober 2016. Sejumlah kawannya sebelumnya juga melihat kondisi kesehatan pendaki asal Depok berusia 23 tahun itu sempat memburuk.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Balai Besar TNBTS Antong Hartadi. “Dari laporan yang kami terima dari kawannya (Luki Prasetia), korban meninggal karena sakit,” kata Antong, Sabtu, 8 Oktober 2016.

Antong kemudian menjelaskan awal kedatangan rombongan Sahat dan 12 rekannya di Kantor Resor Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Ranupani di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, pada Rabu siang lalu. Ranupani menjadi pos perizinan dan pengecekan bagi semua pengunjung alias menjadi pos pertama dari sepuluh rute pendakian ke Semeru yang berada di ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Setelah melakukan registrasi dan mengikuti briefing, serta makan siang, mereka meninggalkan Ranupani pada pukul 16.00 WIB. Pukul 21.30 WIB rombongan tiba di Ranu Kumbolo, pos keempat yang menjadi basecamp peristirahatan yang berjarak 10 kilometer dari Ranupani dan berada di ketinggian 2.390 mdpl. Mereka berbagi tugas mendirikan tiga tenda, memasak, dan kemudian beristirahat di sana.

Rombongan melanjutkan perjalanan ke Kalimati pada Kamis, 6 Oktober, pukul 11.00 WIB. Sampai di Cemorokandang—pos keenam di ketinggian 2.500 mdpl dan berjarak 11,5 kilometer dari Ranupani dengan vegetasi cemara gunung—rombongan terbagi dua.

Luki Prasetia melakukan pendakian lebih. Sedangkan 12 anggota rombongan lainnya menyusul dan mereka tiba di Kalimati pukul 16.00 WIB. Di basecamp peristirahatan yang berada di ketinggian 2.800 mdpl dan berjarak 14,9 kilometer dari Ranupani ini mereka kembali mendirikan tenda untuk beristirahat di sekitar pondok pendaki. Pukul 7 malam mereka makan di dalam tenda masing-masing saat kondisi cuaca sedang gerimis dan angin bertiup kencang.

Pada hari Jumat, 7 Oktober, pukul 01.00 WIB, Luki bertanya pada kawan-kawannya apakah akan naik ke puncak Semeru atau tidak. Sepuluh orang membatalkan perjalanan ke puncak. Hanya Luki bersama Okky Rahmawati dan Dimas Regaeloni yang meneruskan pendakian ke Mahameru, nama puncak Gunung Semeru, pada malam dinihari itu. Mereka kembali bergabung di Kalimati pukul 9 pagi.

Saat itu Luki baru mengetahui kondisi kesehatan Sahat memburuk. Luki dan kawan-kawan mengira Sahat mengalami masuk angin karena dari kemarin muntah terus sehabis makan dan akhirnya ogah makan. Luki memaksa Sahat agar mau makan. Sahat pun diberi jamu dan satu siung bawang putih untuk dimakan agar tidak masuk angin.

Sahat bersedia makan nasi, tempe, nugget, kentang, dan minum teh tawar panas. Tapi dia tetap muntah-muntah. Sahat kemudian diberi selimut blanket (terbuat dari plastik) untuk menghangatkan tubuhnya dalam posisi duduk.

Saat kawan-kawannya mengemasi barang-barang bawaan sebelum turun ke Ranupani, Sahat tidur di luar tenda dengan beralaskan tutup tenda (flysheet) dan menggunakan sleeping bag satu rangkap.

Pukul 12 siang, mereka bergerak menuju Ranupani. Namun, baru sekitar 200 meter dari pondok pendaki di Kalimati, persisnya di dekat plang penunjuk arah Kalimati, Sahat sudah tidak kuat berjalan.

“Kata kawannya yang melapor, sebelum meninggal korban sudah tampak pucat sekali, bengong, linglung, pandangan kosong, dan sudah tidak kuat berjalan. Beberapa anggota tim mencoba menggendong korban tapi hanya kuat sampai 15 meter saja,” kata Antong.

Akhirnya, kata Antong, tim memutuskan Luki bersama Okky dan Dimas untuk mencari bantuan ke Ranupani. Sedangkan sisa anggota rombongan berusaha membawa Sahat ke Jambangan, lokasi jalur pendakian ketujuh di ketinggian 2.700 mdpl yang didominasi pohon mentigi dan padang rumput atau sabana yang berjarak 13 kilometer dari Ranupani atau hampir 2 kilometer dari Kalimati.

Dalam perjalanan ke Ranupani, Luki meminta Okky dan Dimas untuk tinggal di Ranu Kumbolo dan mendirikan tenda, menanti kedatangan anggota rombongan lainnya. Luki kemudian melanjutkan perjalanan dan tiba di Ranupani pada pukul 5 sore dan lalu kembali bersama tim penolong.

ABDI PURMONO

Berita terkait

Seismograf Gunung Semeru di Jawa Timur Rekam Guncangan Kuat Gempa Garut

7 hari lalu

Seismograf Gunung Semeru di Jawa Timur Rekam Guncangan Kuat Gempa Garut

Ada tujuh kali gempa tektonik jauh yang terekam dengan amplitudo 4-26 mm, S-P 12-60 detik, dan lama gempa 29-533 detik.

Baca Selengkapnya

Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

15 hari lalu

Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

Bencana banjir dan longsor yang dipicu intensitas hujan yang tinggi di wilayah Gunung Semeru menimbulkan korban jiwa dan merusak sejumlah fasilitas

Baca Selengkapnya

Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

15 hari lalu

Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Setidaknya ada 11 jembatan di Lumajang yang dilaporkan rusak akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru.

Baca Selengkapnya

3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

15 hari lalu

3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

Satu warga meninggal akibat tertimbun material longsor dan dua warga meninggal akibat terbawa arus lahar dingin Gunung Semeru

Baca Selengkapnya

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

15 hari lalu

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

Aktivitas gunung berapi tidak hanya terjadi pada Gunung Ruang , tapi juga Lewotobi Laki-laki sampai Gamalama dan Semeru.

Baca Selengkapnya

Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

15 hari lalu

Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

Sepasang suami-istri menjadi korban lahar dingin Gunung Semeru. Mereka jatuh ke sungai saat jembatan yang mereka lintasi terputus.

Baca Selengkapnya

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

16 hari lalu

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.

Baca Selengkapnya

Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

16 hari lalu

Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Banjir lahar dingin itu menyebabkan debit air Daerah Aliran Sungai (DAS) Regoyo meluap hingga merendam permukiman warga pada Kamis, pukul 19.30 WIB.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

18 hari lalu

Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

Badan Geologi masih mempertahankan status aktivitas Gunung Semeru berada di Level III atau Siaga dengan penambahan rekomendasi.

Baca Selengkapnya

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

19 hari lalu

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.

Baca Selengkapnya