Hak Politik Tentara, Istana Tak Dukung Panglima TNI

Reporter

Jumat, 7 Oktober 2016 18:40 WIB

Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo memanjatkan doa di depan makam Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman dalam acara ziarah nasional TNI di taman makam pahlawan nasional Kusumanegara, Yogyakarta, 28 September 2016. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Negara Pratikno mengatakan bahwa tidak seharusnya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mempermasalahkan hak politik anggota TNI. Sebabnya, sudah ada dasar hukum yang melarang hal tersebut.

"Kan sudah jelas. Ada hal yang mengatur. Tap MPR misalnya mengatakan bahwa untuk masalah politik, TNI harus netral," ujar Pratikno saat dicegat awak media di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat, 7 Oktober 2016.

Tap MPR yang dimaksud Pratikno adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No.7 Tahun 2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 5 ayat 2 dari aturan itu mengatakan, "Tentara Nasional Indonesia bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis."

Pratikno melanjutkan bahwa tak hanya TAP MPR yang melarang TNI memiliki hak politik. Payung hukum lain yang melarang hal itu adalah Undang-undang Pemilu serta Undang-undang TNI. Pasal 2 UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI menyatakan, "tentara profesional yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis."

"Rujukannya ada dan gampang kok. Tidak perlu diributkan lagi wong sudah diatur. Kalau nggak sesuai UU ya namanya melanggar UU," ujar Pratikno tegas.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa anggota TNI seperti warga asing saja karena tidak memiliki hak politik. Menurut Gatot, masyarakat belum bisa menerima TNI yang dianggap mudah dominan dalam persaingan politik. "Bayangkan saja kalau kampanye pakai senjata. Jadi, belum siap. Mungkin 10 tahun mendatang. Saya paham karena kami organisasi bersenjata," ujarnya hari Selasa lalu.

Ucapan tersebut memicu beragam reaksi dari berbagai lembaga. Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Desmond Mahesa misalnya, menyebut ucapan Gatot tersebut sebagai kecemburuan institusi TNI yang pada masa orde baru mendapatkan banyak keistimewaan.
"Kenapa kesannya hari ini mereka ingin terlibat politik? Karena ada kecemburuan," jawaban Desmond.

ISTMAN MP

Berita terkait

Tak Setuju TNI Diberi Hak Politik, Ini Alasan Ryamizard  

10 Oktober 2016

Tak Setuju TNI Diberi Hak Politik, Ini Alasan Ryamizard  

Ryamizard mengatakan kondisi saat ini tidak memungkinkan bagi TNI untuk memiliki hak politik.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Menhan Setuju TNI Dikembalikan di MPR

10 Oktober 2016

Ini Alasan Menhan Setuju TNI Dikembalikan di MPR

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tidak setuju jika TNI ikut dalam politik praktis.

Baca Selengkapnya

Panglima: Tak Punya Hak Politik, TNI seperti Warga Asing  

4 Oktober 2016

Panglima: Tak Punya Hak Politik, TNI seperti Warga Asing  

Menurut Gatot, anggota TNI memang belum siap diberi hak politik untuk menyalurkan hak pilihnya.

Baca Selengkapnya

Panglima Usul Tentara Bisa Nyoblos, DPR: TNI Harus Netral

4 Oktober 2016

Panglima Usul Tentara Bisa Nyoblos, DPR: TNI Harus Netral

Pemberian hak pilih kepada anggota TNI berpotensi memecah belah soliditas TNI.

Baca Selengkapnya

Panglima Moeldoko Izinkan Istri Prajurit TNI Berpolitik  

21 Mei 2015

Panglima Moeldoko Izinkan Istri Prajurit TNI Berpolitik  

Prajurit TNI tetap dilarang keras terlibat dalam berpolitik praktis.

Baca Selengkapnya

Kasus Babinsa, Bawaslu Ingin Panglima TNI Datang

9 Juni 2014

Kasus Babinsa, Bawaslu Ingin Panglima TNI Datang

Pertemuan dengan Panglima TNI diharapkan menjadi ajang
koordinasi dan tukar-menukar informasi.

Baca Selengkapnya

Intelijen Telusuri Prajurit TNI Tak Netral

5 Juni 2014

Intelijen Telusuri Prajurit TNI Tak Netral

Budiman menyatakan belum menemukan indikasi prajurit bersikap tak netral.

Baca Selengkapnya

SBY Desak Buku Reformasi TNI-Polri Dirampungkan  

3 Juni 2014

SBY Desak Buku Reformasi TNI-Polri Dirampungkan  

SBY meminta buku sejarah ini segera diselesaikan mumpung pelakunya masih hidup.

Baca Selengkapnya

Panglima Janji Tebas Kepala Prajurit Tak Netral  

14 Maret 2014

Panglima Janji Tebas Kepala Prajurit Tak Netral  

Ini kedua kalinya Moeldoko menyebut tebas-menebas.

Baca Selengkapnya

Panglima: TNI Dwifungsi Lagi, Potong Leher Saya

3 Oktober 2013

Panglima: TNI Dwifungsi Lagi, Potong Leher Saya

Panglima TNI Jenderal Moeldoko kembali menegaskan netralitas tentara dalam Pemilihan Umum 2014.

Baca Selengkapnya