Polusi Pabrik Baja, Siswa SD Mojokerto Ini Berkurang Drastis

Reporter

Rabu, 21 September 2016 04:01 WIB

Ilustrasi anak-anak terkena polusi udara. theguardian.com

TEMPO.CO, Mojokerto – Akibat terpapar polusi pabrik peleburan besi dan baja, jumlah siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Mojolebak, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, berkurang drastis. “Tahun ini saja hanya ada 20 murid baru dan sepuluh anak sudah pindah ke sekolah lain,” kata Kepala SD Mojolebak Taryono, Selasa, 20 September 2016.

Taryono mengaku menjabat Kepala SD setempat sejak Juni 2016 dan polusi yang dirasakan sudah berlangsung lama yakni sejak 2009. Menurut dia, SD Negeri Mojolebak merupakan gabungan dari SD Negeri Mojolebak I dan II yang masih satu lokasi. “Karena dari tahun ke tahun jumlah murid berkurang, maka digabung jadi satu sekolah saja,” katanya.

Jumlah siswa yang berkurang drastis itu akibat polusi udara yang mengganggu penglihatan dan pernapasan siswa. Dulu, jumlah siswa SD setempat dari kelas 1 sampai kelas 6 bisa mencapai 300 anak. “Namun sekarang hanya tersisa 179 anak,” kata Taryono. Rata-rata siswa pindah ke SD di desa tetangga yang lebih aman atau tidak terpapar polusi.

SD tersebut terpapar polusi pabrik peleburan besi dan baja yang hanya berjarak sekitar 40 meter dari sekolah dan hanya dipisahkan dengan kebun tebu. Polusi pabrik tersebut sudah berlangsung lama dan sempat diprotes masyarakat setempat yang juga terpapar pada Oktober 2014. Meski sudah ada perbaikan pengendalian pencemaran dari perusahaan, namun dampak pencemaran masih dirasakan dan mengganggu kehidupan manusia sekitar.

Pabrik tersebut mengeluarkan asap dan partikel yang menggangu penglihatan dan pernafasan. “Siswa terpaksa pakai masker dan dahak kita bisa hitam kalau menghirup udara yang tercemar,” kata Taryono. Bahkan terkadang siswa sampai tak sekolah karena mengalami sakit akibat terpapar polusi. “Kami takutnya mereka kena ISPA."

Kecamatan Jetis memang termasuk kawasan industri di Kabuaten Mojokerto. Di kecamatan ini berdiri puluhan industri berskala besar dan menengah. Namun aspek pengolahan limbah dan pengendalian pencemaran kurang diperhatikan.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto Zainal Arifin mengatakan petugas BLH sudah melakukan verifikasi ke lapangan baik ke lokasi sekolah maupun ke pabrik baja tersebut. “Hari ini petugas juga sudah mengambil sampel udara ambien dan udara emisi. Hasil uji normalnya akan diketahui sepuluh hari ke depan,” tutur dia.

Udara ambien adalah udara sekitar yang terdapat di lapisan troposfer yang sehari-hari dihirup manusia. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas nitrogen 78 persen, oksigen 20 persen, argon 0,93 persen, dan gas karbon dioksida 0,03 persen. Sedangkan udara emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik.

Manajemen pabrik baja tersebut belum bisa dikonfirmasi atas pencemaran yang mengganggu lingkungan terutama siswa sekolah tersebut.

ISHOMUDDIN

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

4 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

4 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

5 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

9 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

14 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

37 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

51 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya