Solo Sulit Kontrol Perdagangan Sapi Kurban Pemakan Sampah
Editor
LN Idayanie Yogya
Rabu, 31 Agustus 2016 15:48 WIB
TEMPO.CO, Surakarta - Pemerintah Surakarta kesulitan mengawasi perdagangan sapi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo. Padahal, sapi yang biasa digembalakan di tempat sampah itu memiliki kadar timbal di atas ambang batas.
Kepala Dinas Pertanian Surakarta, Weni Ekayanti, mengatakan populasi sapi yang digembalakan di Putri Cempo cukup banyak. "Ada sekitar 800 ekor," katanya, Rabu 31 Agustus 2016. Ternak itu memakan tumpukan sampah di lokasi.
Padahal, berdasarkan penelitian, daging sapi dari Putri Cempo memiliki residu zat logam timbal atau plumbum, di atas ambang batas. "Terutama di organ jerohan,," katanya. Akibatnya, daging sapi tidak layak dikonsumsi.
Hanya saja, dia kesulitan mengontrol perdagangan sapi dari kawasan itu. "Pemiliknya kebanyakan dari kabupaten lain dan digembalakan di sekitar TPA Putri Cempo," katanya.
Menurutnya, sapi dari Putri Cempo baru layak dikonsumsi, jika telah dikarantina selama enam bulan sebelum dipotong. "Residu timbalnya sudah jauh berkurang," katanya. Namun populasi sapi dan jumlah pemilik cukup banyak. Membuatnya sulit mengawasi.
Ia meminta masyarakat memilih ternak untuk Hari Raya Kurban dengan teliti. "Jangan memilih sapi yang kadar timbalnya tinggi," katanya. Secara fisik, sapi yang mengandung zat logam tinggi, terlihat dari kotorannya. "Berbau menyengat, relatif encer, warnanya jauh lebih gelap," katanya.
Dia berharap perubahan pola pengelolaan TPA Putri Cempo dilakukan pemerintah dan bisa mengatasi permasalahan itu. "Ke depan, sampah diolah menjadi sumber tenaga listrik," katanya. Sehingga, tidak ada sampah tersisa dan menjadi makanan sapi.
Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyebut telah menyelesaikan mencari investor pengolahan sampah di TPA Putri Cempo. "Investor siap menggarap dengan modal Rp 147 miliar," katanya. Rencananya, sampah di TPA itu diolah menjadi energi listrik. Volume sampah 250 ton per hari, energi listrik yang dihasilkan 10 megawatt.
AHMAD RAFIQ