Puncak Gunung Gamalama mengeluarkan asap solfatara terlihat di Ternate, Maluku Utara, 28 Desember 2014. ANTARA/Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO, Ternate - Pemerintah Kota Ternate menyiapkan tiga pos pengungsian untuk mengevakuasi penduduk jika aktivitas Gunung Gamalama meningkat. Lokasi pengungsian yang disiapkan merupakan lokasi yang aman dari ancaman erupsi, yang berada tak jauh dari pusat kota. “Lokasi yang dijadikan pengungsian merupakan sarana publik,” kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Ternate Sutopo Abdulah kepada Tempo, Jumat, 5 Agustus 2016.
Selain menyiagakan lokasi pengungsian, Pemerintah Kota membentuk satuan tugas siaga bencana yang bertugas menyiapkan kebutuhan masyarakat yang terkena dampak. Sedikitnya enam kelurahan di Kecamatan Ternate Utara, seperti Kelurahan Dufa-Dufa, Akehuda, Tubo, Tafure, Sango, dan Tabam, terkena dampak langsung erupsi Gamalama.
Wali kota sudah menetapkan status Ternate siaga bencana. “Kami terus memantau perkembangan aktivitas Gamalama,” ujar Sutopo.
Petugas pos pemantauan Gunung Gamalama, Jajat Sudrajat, mengatakan Gamalama masih terlihat mengeluarkan asap putih tipis. Gempa tremor dengan amplitudo 0,5-1 mm b sering terjadi. Status Gamalama bahkan masih Waspada level II.
Masyarakat masih dilarang mendekati kawah gunung hingga radius 1,5 kilometer. “Semua jalur pendakian ditutup,” katanya.
Rabu, 3 Agustus 2016, pukul 06.25, Gunung Gamalama mengeluarkan asap tebal disertai abu vulkanis setinggi 600 meter. Akibat letusan itu, enam kelurahan di Kecamatan Ternate Utara diselimuti abu vulkanis Gamalama. Bandara Sultan Babullah pun terpaksa ditutup.