Gunung Gamalama Waspada, Masyarakat Diminta Tak Mendekat

Reporter

Kamis, 4 Agustus 2016 20:54 WIB

Gunung Gamalama. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengatakan, letusan abu Gunung Gamalama, Kamis, 4 Agustus 2016, merupakan sisa letusan yang terjadi sehari sebelumnya. “Itu rilis tekanan ke permukaan, jadi masih satu rangkaian (letusan) kemarin,” kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis, 4 Agustus 2016.

Gede mengatakan, peralatan juga tidak merekam gempa-gempa vulkanik, yang menguatkan indikasi hembusan abu yang terjadi merupakan pelepasan energi sisa erupsi sehari sebelumnya. “Tidak ada gempa vulkanik terekam. Hanya tremor biasa, tremor hembusan. Kecil-kecil,” kata dia. Tremor itu getaran yang terekam peralatan seismik pemantau gunung api saat terjadinya hembusan abu dari kawah gunung itu.

PVMBG mencatat hembusan abu pertama Gunung Gamalama terjadi pukul 06.50 WIT dari kawah puncak bagian timur tersebar ke lereng timur. Pukul 07.48 WIT, hembusan abu masih berlanjut menyebar ditiup angin ke arah timur. Pengamatan terakhir antara pukul 17.56 WIT hingga 18.56 WIT, terpantau kepulan abu menyerupai kolom dengan ketinggian 300 meter hingga 350 meter dari puncak gunung itu, atau pada elevasi 2.100 meter dari permukaan laut tersebar ke arah timur.

Gede mengatakan, sebaran abu yang berasal dari kawah Gunung Gamalam pada hari ini dominan menuju arah timur, tengara-selatan. “Kalau bandara ada di arah timur laut agak ke utara. Abu itu tersebar ke bawah, ke lereng. Menuruni lereng saja,” kata dia.

Gede mengatakan, aktivitas seismik Gunung Gamalama tidak menunjukkan indikasi meningkat. “Status aktivitasnya masih Waspada (Level II),” kata dia.

Dia meminta masyarakat untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG agar tidak mendekati areal seputaran kawah Gunung Gamalama. “Rekomendasi kita agar tidak mendekati radius 1,5 kilometer dari puncak gunung itu,” kata Gede.

Gede mengatakan, situasi berbeda terjadi pada Gunung Rinjani di Lombok yang status aktivitasnya masih Normal, kini terpantau tidak lagi mengeluarkan kepulan asap abu. “Itu dari hasil visual seharian kemarin. Seismogram juga tidak ada gempa-gempa vulkanik dalam dan dangkal,” kata dia.

Sementara Gunung Bromo yang dipatok dalam status aktivitas Waspada (Level II) masih menghembuskan asap. “Bromo masih mengepulkan asap abu, tipis, dominan uap air. Statusnya masi Waspada,” kata Gede.

Sebelumnya, Gunung Gamalama meletus Rabu, 3 Agustus 2016, pukul 06.28 WITA dengan tipe letusan eksplosif lemah berupa hembusan abu berwarna putih dengan tinggi 500-600 meter tersebar ke arah Tenggara hingga Selatan. Sempat terdengar suara gemuruh tiga kali pukul 07.09 WIT, 07.12 WIT dan 07.13 WIT. “Hembusan abu mulai menurun pukul 06.55 WIT,” kata Gede.

Gede mengatakan, sebelum letusan itu, BMKG sempat mencatat gempa bumi tektonik berkekuatan 4,6 skala Richter berpusat 86 kilometer Barat Daya Halmahera Barat dengan kedalaman gempa 18 kilometer. “Selisihnya hanya sekitar setengah jam,” kata dia.

Menurut Gede, penyebab letusan itu diperkirakan dipicu oleh gempa bumi itu. Daerah seputaran Gunung Gamalama sendiri terhitung berada di lempeng yang aktif menghasilkan gempa bumi. “Aktivitas tektonik di sana aktif sekali. Di Gamalama, Halmahera, Ternate itu pulau-pulau sekitarnya itu banyak sekali gempa-gempa tektonik lokal yang skalanya kecil di bawah 4 atau 5 skala Richter, itu banyak bener. Sebulannya bisa sampai 30-an kali,” kata dia.

Gede mengatakan, aktivitas tektonik itu pada akhirnya memicu aktivitas Gunung Gamalama. Peralatan di pos pengamatan gunung itu sudah mencatat fluktuasi gempa vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas gunung api itu. “Tanggal 31 Agustus itu, fluktuasi gempa vulkaniknya sudah mulai banyak, kemudian tadi pagi terjadi gempa tektonik lagi, nah setengah jam kemudian langsung meletus,” kata dia.

Gede mengatakan, pasca letusan eksplosif lemah pagi itu aktivitas Gunung Gamalama kembali menurun. Rekaman seismik gunung api itu misalnya tidak menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan, bahkan cenderung kembali pada kondisinya sebelum terjadinya letusan itu. “Kita tadinya menunggu perkembangan apakah makin meningkat, ternyata menurun makin siang ini,” kata dia.

PVMBG kemudian memutuskan tidak menaikkan status aktivitas Gunung Gamalama. PVMG sejak tanggal 10 Maret 2015 menetapkan status aktivitas gunung api itu di Level II atau Waspada. “Letusan ini masih skala kecil, eksplosif lemah berupa hembusan abu,” kata Gede.

AHMAD FIKRI


Berita terkait

Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

7 hari lalu

Profil Kota Ternate, Berdiri Sejak 27 April 1999 Sesuai UU Otonomi Daerah

Hari ini, 27 April 1999, adalah berdirinya Kota Ternate berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Ruang, Badan Geologi Cabut Peringatan Bahaya Tsunami

13 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang, Badan Geologi Cabut Peringatan Bahaya Tsunami

Gunung Ruang masih berstatus Awas, namun Badan Geologi sudah mencabut peringatan dini tsunami.

Baca Selengkapnya

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

15 hari lalu

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

Aktivitas gunung berapi tidak hanya terjadi pada Gunung Ruang , tapi juga Lewotobi Laki-laki sampai Gamalama dan Semeru.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Gunung Gamalama Meningkat, BPBD Larang Warga Dekati Kawah

16 hari lalu

Aktivitas Gunung Gamalama Meningkat, BPBD Larang Warga Dekati Kawah

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Ternate melarang masyarakat untuk mendekati kawah Gunung Gamalama.

Baca Selengkapnya

Letusan Gunung Ruang, Badan Geologi Sempat Peringatkan Potensi Tsunami

17 hari lalu

Letusan Gunung Ruang, Badan Geologi Sempat Peringatkan Potensi Tsunami

Badan Geologi sempat mengingatkan potensi tsunami akibat erupsi Gunung Ruang Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

60 Kali Letusan Gunung Marapi Sepanjang Februari 2024

1 Maret 2024

60 Kali Letusan Gunung Marapi Sepanjang Februari 2024

Gunung Api Marapi di Sumatera Barat tercatat mengalami sekitar 60 kali sepanjang Februari 2024. Erupasi masih terjadi ketika proses akumulasi data.

Baca Selengkapnya

Gunung Ibu Erupsi Lagi, Pemukiman Warga Diguyur Hujan Abu

23 Februari 2024

Gunung Ibu Erupsi Lagi, Pemukiman Warga Diguyur Hujan Abu

Gunung Ibu Halmahera kembali meletus tengah malam, pada pergantian hari. Hujan abu mencapai pemukiman warga.

Baca Selengkapnya

Erupsi 42 Kali Bulan Ini, Abu Vulkanik Gunung Marapi Sempat Membumbung Hingga 900 meter

22 Februari 2024

Erupsi 42 Kali Bulan Ini, Abu Vulkanik Gunung Marapi Sempat Membumbung Hingga 900 meter

Sudah ada 42 kali letusan Gunung Marapi sejak awal Februari 2024 hingga hari ini. Abunya sempat menyundul ketinggian 900 meter.

Baca Selengkapnya

Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Meletus, Abu Vulkanik Setinggi 450 Meter

26 November 2023

Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Meletus, Abu Vulkanik Setinggi 450 Meter

PVMBG merekam aktivitas erupsi berupa lontaran abu vulkanik setinggi lebih kurang 450 meter dari atas puncak Gunung Anak Krakatau.

Baca Selengkapnya

Gunung Dukono Halmahera Meletus Pagi Ini

21 November 2023

Gunung Dukono Halmahera Meletus Pagi Ini

PVMBG menyampaikan Gunung Dukono di Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara, pada Selasa, 21 November 2023, pukul 07.33 WIT meletus .

Baca Selengkapnya