Keluarga ABK korban sandera Abu Sayyaf di Filipina menyampaikan petisi kepada Presiden Jokowi. TEMPO/Firman Hidayat
TEMPO.CO, Samarinda - Kelompok militan Abu Sayyaf memisahkan tujuh warga Indonesia yang mereka sandera menjadi dua kelompok. Informasi itu diungkapkan oleh keluarga tujuh anak buah kapal TB Charles yang berhasil berkomunikasi dengan para sandera, Kamis, 28 Juli 2016.
Dian Megawati Ahmad, istri Ismail yang merupakan satu dari tujuh korban penyanderaan, mengatakan sempat berkomunikasi dengan suaminya melalui hubungan telepon. Dalam komunikasi itu, Ismail mengatakan dirinya bersama Robin Piter, M. Nasir dan M. Sofyan, yang saat ini berada dalam penyanderaan kelompok Al Habsy Misaya.
Menurut Dian, kelompok militan itu meminta uang tebusan senilai 250 juta peso atau sekitar Rp 69,5 miliar. "Kalau yang tiga sandera lagi kami tak tahu, mereka di lokasi lain, dipisah dengan kami," kata Dian menirukan ungkapan suaminya. Selama 39 hari penyanderaan, Dian mengatakan bahwa kondisi keempatnya kini mulai sakit.
Yang paling menderita adalah Nasir. Orang paling tua di kelompok Ismail itu mengalami infeksi di kakinya. Nasir berpesan kepada Dian agar jangan mengabarkan kepada istrinya setiap perkembangan. "Pak Nasir minta, kami jangan menyampaikan pesan kepada istrinya karena sudah tua. Khawatir sakit. Sampaikan saja kepada anaknya di Semarang."
Komunikasi antara Dian dan para sandera berlangsung 15 menit 28 detik. Tak banyak informasi yang diperoleh karena mereka umumnya meminta perusahaan menyiapkan uang tebusan agar bisa bebas. "Mereka tak menyebutkan posisi di mana, tapi kalau mendengar latar belakang dari telepon, ada suara ayam seperti di perkampungan, bukan di hutan."